IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT
1. Tujuan
Percoobaan
Mengenal
beberapa sifat monosakarida, disakarida dan polisakarida
2. Tinjauan
Pustaka
Menurut Irawan (2007), karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hidrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan sebagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot serta juga untuk menjalankan berbagai aktivitas fisik seperti berolahraga atau bekerja.
Karbohidrat didefinisikan secara umum sebagai senyawa dengan rumus molekul Cn(H2O)n. Namun, kata karbohidrat umumnya digunakan dalam pengertian lebih terbatas untuk menunjukkan zat yang terdiri atas polihidroksi aldehid dan keton serta turunannya (Pine, 1988).
Nama karbohidrat dikemukakan pertama kali oleh para ahli kimia Perancis. Nama tersebut diberikan untuk golongan senyawa-senyawa organik yang tersusun atas unsur karbon, hidrogen, dan oksigen; dalam senyawa-senyawa ini, dua unsur yang terakhir mempunyai perbandingan 2:1, seperti perbandingan hidrogen dan oksigen pada air. Mereka menganggap senyawa-senyawa ini merupakan hidrat dari karbon yang mempunyai rumus perbandingan Cn(H2O)m ; n = m atau kelipatan urutan bilangan bulat seterusnya. Akhirnya, pada tahun 1880-an disadari bahwa anggapan “hidrat dari karbon” merupakan anggapan yang keliru, dan karbohidrat sebenarnya adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau turunan dari keduanya. (Sumardjo, 2009).
Menurut Risnoyatiningsih (2008), karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia selain protein dan lemak. Karbohidrat yang mempunyai rumus empiris Cn(H2O)n ini juga mempunyai peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa, warna, tekstur dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya pemecahan-pemecahan protein tubuh yang berlebihan, kehilangan mineral dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein.
Karbohidrat merupakan makromolekul yang paling banyak ditemukan di alam dengan rumus umum Cn(H2O)n dan banyak terdapat pada tumbuh-tubuhan yang berwarna hijau melalui proses yang disebut dengan photosinethesa dengan menggunaka bantuan energi matahari. Karbohidrat terbentuk pada proses fotosintesis dengan bantuan energi matahari. Pengubahan energi matahari menjadi energi kimia dalam biomolekul menjadikan karbohidrat sebagai sumber utama energi metabolit untuk organisme hidup (Sunarya dan Setiabudi, 2009).
Menurut James dkk. (2008), karbohidrat hanya mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen. Dinamakan karbohidrat karena rasio hidrogen terhadap oksigen adalah 2:1, yang sama dengan rasio pada air. Kata sakarida berarti gula, dan nama gula mempunyai akhiran –osa. Semua karbohidrat mengandung gugus fungsional hidroksil –OH yang termasuk kelompok alkohol. Dulu karbohidrat disebut gula alkohol.
Karbohidrat dibagi menjadi beberapa kelas atau golongan sesuai dengan sifat-sifatnya terhadap zat-zat penghidrolisis. Karbohidrat atau gula dibagi menjadi empat golongan yaitu :
1. Gula yang sederhana
atau monosakarida, kebanyakan adalah senyawa-senyawa yang mengandung lima dan
enam atom karbon. Karbohidrat yang mengandung 6 karbon disebut heksosa. Gula
yang mengandung 5 karbon disebut pentosa. Kebanyakan gula sederhana adalah
merupakan polihidroksi aldehida yang
disebut aldosa dan polihidroksi keton disebut ketosa.
2. Oligosakarida, senyawa
berisi dua atau lebih gula sederhana yang dihubungkan oleh pembentukan asetal
antara gugus aldehida dan gugus keton dengan gugus hidroksil. Bila dua gula
digabungkan diperoleh disakarida, bila tiga diperoleh trisakarida dan seerusnya
ikatan penggabungan bersama-sama gula ini disebut ikatan glikosida.
3. Polisakarida, di mana
di dalamnya terikat lebih dari satu gula sederhana yang dihubungkan dalam
ikatan glikosida. Polisakarida meliputi pati, sellulosa dan dekstrin.
4. Glikosida, dibedakan
dari oligo dan polisakarida yaitu oleh kenyataan bahwa mereka mengandung molekul bukan gula
yang dihubungkan dengan gula oleh ikatan glikosida (Sastrohamidjojo, 2005).
Karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton dari alkohol polihidroksi atau senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis senyawa kompleks (misal gliko protein dan gliko lipid). Pada sel-sel binatang karbohidrat mempunyai peranan spesifik yang penting, misalnya ribosa sebagai penyusun nukleoprotein sel, galaktosa sebagai penyusun lipid-lipid tertentu dan laktosa sebagai komponen air susu (Girinda, 1986).
Monosakarida merupakan gula sederhana. Monosakarida terdapat dalam bentuk ‘rantai terbuka’ dan bentuk cincin. Kedua bentuk ini dengan mudah saling bertukar bentuk. Di dalam larutan bentuk ‘rantai terbuka’ menutup dan membentuk struktur cincin yang lebih stabil (James dkk., 2008).
Hanya ada tiga monosakarida yang sering terdapat dalam makanan. Monosakarida tersebut adalah glukosa (gula darah atau dekstrosa), fruktosa (gula buah), dan galaktosa. Ketiganya memiliki rumus molekul C6H12O6 dan disebut juga heksosa karena memiliki enam atom karbon. Monosakarida dengan lima atom karbon disebut pentosa, contohnya ribosa dan deoksiribosa. Fruktosa, galaktosa, dan glukosa merupakan isomer- memiliki rumus molekul yang sama tetapi rumus strukturnya berbeda. Jadi ketiganya memiliki sifat kimiawi yang berbeda (James dkk, 2008).
Menurut Marks dkk. (2000), suatu monosakarida, unit gula yang paling kecil, dapat digambarkan sebagai suatu rantai lurus dari atom-atom karbon, yang salah satunya membentuk sebuah gugus karbonil melalui ikatan rangkap dengan oksigen. Karbon lain pada monosakarida biasanya mengandung gugus hidroksil. Apabila gugus karbonilnya adalah suatu aldehida, gula tersebut diberi nama aldosa. Gula dengan sebuah gugus keton disebut ketosa. Pada monosakarida yang paling sering dijumpai, jumlah karbon berkisar dari 3 (disebut triosa) sampai 7 (heptosa). Gula dengan karbon berjumlah 4, 5, 6 masing-masing disebut tetrosa, pentosa, dan heksosa. Menurut James dkk. (2008), semua monosakarida merupakan gula pereduksi karena mudah bereaksi dengan reagen seperti larutan Benedict dan Fehling. Monosakarida akan mereduksi larutan reagen yang berwarna biru menjadi merah bata.
Menurut Sumardjo (2009), aldosa adalah monosakarida yang mempunyai struktur kimia gugus aldehida bebas atau gugus formil bebas. Aldosa yang mempunyai tiga atom karbon disebut aldotriosa; yang mempunyai empat atom karbon disebut aldotetrosa; yang mempunyai lima atom karbon disebut aldopentosa; yang mempunyai enam atom karbon disebut aldoheksosa, dan seterusnya. Ketosa adalah monosakarida yang mempunyai struktur kimia gugus keton bebas atau gugus karbonil bebas. Ketosa mempunyai struktur kimia yang mengandung tiga atom karbon, disebut ketotriosa; empat atom karbon disebut ketotetrosa; lima atom karbon disebut ketopentosa; enam atom karbon disebut ketoheksosa; tujuh atom karbon disebut ketoheptosa; dan seterusnya.
Monosakarida biasanya memiliki tiga sampai sembilan atom karbon, berdasarkan jumlah atom karbon penyusunnya, monosakarida dibedkan atas triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, heptosa, oktosa, dan nonosa. Monosakarida yang paling banyak ditemukan di alam adalah pentosa dan heksosa. Meskipun demikian, triosa, bebrapa tetrosa, dan beberapa heptosa juga berperanan penting dalam metabolisme hewan, manusia, dna tanaman (Sumardjo, 2009).
Menurut Sumardjo (2009), oligosakarida tersusun atas sedikit “oligos” satuan atau unit monosakarida. Unit-unit penyusun oligosakarida dapat sama, tetapi dapat juga berbeda dan umumnya tersusun atas 2-6 satuan monosakarida. Oligosakarida berupa zat padat berbentuk kristal yang dapat larut dalam air. Oligosakarida yang terdapat di alam adalah disakarida, trisakarida, dan tetrasakarida.
Oligosakarida merupakan polimer dari 2-10 monosakarida. Biasanya bersifat larut dalam air. Oligoskarida yang terdiri dari 2 molekul monosakarida disebut disakarida. Contoh paling umum disakarida adalah sukrosa. Oligosakarida dapat diperoleh dari hasil hidrolisis polisakarida dengan bantuan enzim tertentu atau hidrolisis dengan asam (Risnoyatiningsih, 2008).
Menurut Kuchel dan Ralston (2006), polisakarida adalah polimer yang tersusun atas sejumlah besar monosakarida yang bertautan melalui ikatan glikosidik. Fungsi utamanya adalah sebagai komponen struktural atau sebagai bentuk penyimpanan energi. Polisakarida merupakan karbohidrat yang tersusun lebih dari sepuluh satuan monosakarida dan dapat berantai lurus atau bercabang. Polisakarida dapat dihidrolisis oleh asam atau enzim tertentu yang kerjanya spesifik. Hidrolisis sebagian polisakarida menghasilkan oligosakarida dan dapat digunakan untuk menentukan struktur molekul polisakarida. Contoh: amilum, dekstrin, glikogen, dan sellulosa (Riawan, 1990).
Menurut Untara (2014), glikosida adalah senyawa yang terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk ikatan berupa jembatan oksigen.
Menurut Fennema (1996), sukrosa merupakan disakarida yang tersusun atas sebuah α-D-glucophyranosil dan β-D-fructofuranosyl yang berikatan antar ujung reduksinya. Sukrosa tidak mempunyai ujung pereduksi sehingga termasuk dalam gula non pereduksi (Fennema, 1996). Menurut Pontoh (2013), sukrosa merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Senyawa ini dalam jaringan tumbuhan tertentu seperti tebu dan bit disimpan sebagai cadangan makanan.
Menurut Stansfield, Colome, dan Cano (2003), glukosa adalah monosakarida berkarbon enam (heksosa) yang digunakan sebagai sumber dasar energi oleh kebanyakan sel heterotrofik. Glukosa meru[akan gula utama yang ditranspor pada sel-sel hewan. Menurut Marks dkk. (2000), glukosa merupakan pusat dari semua metabolise. Glukosa adalah bahan bakar universal bagi sel manusia dan merupakan sumber krbon untuk sintesis sebagian besar senyawa lainnya.
Gula fruktosa ditemukan dalam makanan sebagai gula bebas misalnya sebagai madu atau sebagai komponen disakarida sukrosa dalam buah atau permen. Fruktosa juga dapat disintesis dari glukosa melalui jalur poliol. Fruktosa dimetabolis melalui perubahan menjadi zat antara glikolisis (Marks dkk. 2000). Menurut Sumardjo (2009), fruktosa biasanya ditemukan pada berbagai bahan makanan seperti madu dan buah, dan merupakan gula darah penting berasama glukosa dan galaktosa.
Menurut Makfoeld (2002), maltosa merupakan disakarida paling sederhana, kedua rantai glukosa dalam bentuk piranosa yang terdiri atas dua molekul glukosa yang dihubungkan dengan ikatan α (1-4) glikosidik. Maltosa adalah gula pereduksi karena memiliki gugus karbonil bebas yang dapat dioksidasi.
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Barangkali tidak ada satu senyawa organik lain yang tersebar begitu luas sebagai kandungan tanaman seperti halnya pati. Dalam jumlah besar, pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penympanan sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun dan umbi. Pati merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Sumardjo, 2009).
Menurut Marks dkk. (2000), uji fehling memiliki 2 pereaksi yang dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang memiliki sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling ini terdiri atas fehling A dan fehling B. Larutan fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan fehling B adalah larutan garam K Nartartat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah. Dalam rekasi ini, ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Reaksinya :
2
Cu+ + 2OH- -> Cu2O + H2O
(endapan)
Uji Iod pelarutnya adalah iodin. Iodin membentuk adsorpsi warna yang kompleks dengan polisakarida. Kanji akan menunjukan warna biru bila ditambah iodin. Sementara itu glikogen dan hidrolisa sebagian dari kanji akan bereaksi untuk membentuk warna merah kecoklatan. Iodin terdiri dari larutan iodin sebanyak 30 gr/l dan selulosa, glikogen, kanji, dan inulin sebanyak 10 gr/l (Plummer, 1982).
Menurut Poedjiadi (1994), uji molisch, pereaksinya terdiri atas larutan L-nafbal dalm alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa, kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas anatara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan L-naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat.
Menurut Plummer (1982), uji moore disebut reaksi pendamaran yaitu suatu reaksi yang memisahkan sifat-sifat karbohidrat. Pada uji moore ini, pereaksinya adalah NaOH. Selain ditambah NaOH juga dilakukan pemanasan. Hal ini dilakukan supaya reaksi yang terjadi lebih cepat agar dihasilkan warna.
Hidrolisis merupakan reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh suatu senyawa. Di dalam larutan yang kondisinya asam, karbohidrat jenis polisakarida dan disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya sehingga terjadi kondensasi yang akhrinya membentuk kompleks warna tertentu (Riawan, 1990).
Menurut Plummer (1982), uji Luff adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya gugus aldehid (-CHO). Komponen utama reagent Luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif pada uji Luff ditandai dengan adanya endapan merah.
3.
Alat
dan Bahan
Alat
1) Bekker glass
2) Penangas air
3) Tabung reaksi
4) Pipet tetes
Bahan:
Larutan glukosa 10%, Larutan benedict, Larutan fehling A dan fehling B, NaOH 10%, larutan sukrosa 5%, indikator PP, H2SO4 atau HCL encer, larutan dekstrin 5%, larutan iodium, reagen Molisch, Luff dan Barfoeds, dedak, larutan anilin asetat, H2SO4 10%, kertas saring.
4.
Cara
Kerja
A. Reaksi terhadap
monosakarida
Digunakan larutan
glukosa 10%
1)
Tes Fehling (gula
pereduksi)
Campurkan masing-masing
2 mL Fehling A dan Fehling B, kemudian tambahkan 2 mL glukosa dan sedikit NaOH
encer dan panaskan. Amati reaksi yang terjadi dan tuliskan reaksinya!
2)
Tes Moore ( pendamaran
oleh alkali)
Sebanyak 5 mL larutan
glukosa ditambahkan 1 mL NaOH 10% . Panaskan hingga mendidih. Catat perubahan
yang teramati.
3)
Furfural dari dedak
3 gram bedak ditambah
10 mL H2SO4 10% dan dipanaskan beberapa lama, uapnya
dilewatkan pada kertas saring yang telah
berhasil dengan larutan anilin asetat. Warna merah muda memperlihatkan positif
untuk furfural.
Tuliskan hasil
pengamatan saudara!
B. Reaksi terhadap
disakarida
Menggunakan larutan
sukrosa 5%
1)
Lakukan tes Fehling dan
tes Moore terhadap sukrosa (seperti langkah A.1 dan A.2) catat apa yang terjadi!
2)
Hidrolisis dari sukrosa
Sebanyak 5 mL larutan
sukrosa ditambahkan larutan H2SO4 encer atau HCL encer.
Kemudian dipanaskan beberapa menit. Setelah dingin dinetralkan dengan larutan
NaOH 10% (dites dengan indikator PP). Kemudian larutan dites dengan larutan
pereduksi. Dilakukan tes Fehling dan tes Moore seperti prosedur A. Gugus
fungsional apakah yang sangat berperan dalam hal ini?
C. Reaksi hidrolisis
polisakarida
Dipakai larutan
dekstrin 5%
Larutan dekstrin
sebanyak 5 mL ditambah H2SO4 encer. Kemudian dipanaskan
beberapa menit. Selanjutnya setelah dingin larutan dinetralkan dengan NaOH
10%. Larutan kemudian dites dengan
larutan iodium. Hasil hidrolisis dites dengan reagen-reagen Molisch, Luff dan
Barfoeds.
5.
Pembahasan
Menurut Rahayu (2009), karbohidrat merupakan polimer alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan terdiri atas unsur C,H,O dengan rumus molekul Cn(H2O)n dan berasal dari hidrat dan karbon, karena rumus molekulnya bermacam-macam tetapi tidak berarti semua karbohidrat dapat cocok dengan rumus Cn(H2O)n. Menurut Lehninger (1982), karbohidrat merupakan polihidroksi aldehida atau keton. Nama karbohidrat ini berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan senyawa dari golongan ini mempunyai rumus empiris yang menunjukan bahwa senyawa tersebut adalah karbon dan hidrat dan memiliki nisbah karbon terhadap hidrogen dan terhadap O2 sebagai 1 : 2 : 1.
Pada percobaan ini, dalam menentukan karbohidrat digunakan 6 tipe pengujian yaitu :
1.
Uji Fehling
Menurut
James dkk. (2008), dalam percobaan Uji Fehling sampel glukosa, dan sukrosa yang
diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A + Fehling B) pada masing-masing tabung
dan kemudian dipanaskan, maka glukosa dan sukrosa akan menghasilkan endapan
merah bata. Hal yang
menyebabkan dihasilkannya endapan merah bata ini karena ini berasal dari
Fehling yang memiliki ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang
dalam suasana basa akan diendapkan berwarna merah bata (Cu2O).
Sedangkan pada sampel amilum yang diuji dengan pereaksi Fehling (Fehling A +
Fehling B) dan kemudian dipanaskan larutan akan berwarna biru dengan sedikit
endapan merah bata. Hal ini disebabkan karena amilum merupakan polisakarida
yang tidak dapat bereaksi positif dengan Fehling. Amilum bukan gula pereduksi
yang tidak mempunyai gugus aldehid dan keton bebas, sehingga tidak terjadi
oksidasi antara amilum + larutan Fehling, maka tidak terbentuk endapan dan
larutan tetap berwarna biru setelah dipanaskan. Pada uji ini dilakukan
pemanasan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi sehingga endapan merah bata
cepat dihasilkan. Selain itu, agar gugus aldehid pada sampel terbongkar
ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam
karboksilat, Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan
hasil samping dari reaksi pembentukan asam karboksilat. Pada Uji Fehling ini,
diperoleh hasil ketiga sampel yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa terbentuk
endapan merah bata yang menandakan bahwa pada larutan tersebut mengandung gugus
aldehid dan termasuk dalam monosakarida (reaksi positif). Menurut Fessenden dan
Fessenden (1997), reaksi positif menghasilkan endapan merah bata. Endapan merah
bata itu terbentuk setelah sampel diberi pereaksi fehling dan dipanaskan selama
beberapa menit. Maka percobaan pada sampel glukosa, fruktosa, dan maltosa
sesuai dengan teori Fessenden. Pada dua sampel yang lain yaitu (E) sukrosa dan
(D) amilum setelah di panaskan larutannya berwarna jingga dan tidak berubah
warna. Untuk sampel amilum tidak
terdapat endapan dan pada sampel sukrosa endapannya berwarna jingga. Pada sampel
amilum dan sukrosa menghasilkan reaksi negatif karena disebabkan oleh
ketidaktelitian praktikan dalam mengukur volume larutan, dan kurang lama proses
pemanasannya.
2. Uji
Iod
Uji Iod pelarutnya adalah iodin. Iodin
membentuk adsorpsi warna yang kompleks dengan polisakarida. Uji Iod digunakan
untuk mengetahui suatu larutan apakah termasuk
monosakarida, disakarida, atau polisakarida. Suatu larutan termasuk
monosakarida apabila berwarna bening,
sedangkan bila berwarna merah termasuk disakarida atau oligosakarida, dan
termasuk polisakarida bila berwarna biru.
Pada
percobaan ini, sampel glukosa, fruktosa, sukrosa, menunjukan warna akhir
orange. Sampel amilum menunjukan warna ungu kehitaman (pekat) yang berarti
sampel amilum tersebut banyak mengandung polisakarida. Sampel maltosa
menghasilkan warna akhir kuning.
3. Uji
Molisch
Menurut
Poedjiadi (1994), uji
molisch, pereaksinya terdiri atas larutan L-nafbal dalam alkohol.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa, kemudian secara
hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair.
Pada batas anatara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi
reaksi kondensasi antara furfural dengan L-naftol. Walaupun reaksi ini tidak
spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan
dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti
bahwa tidak ada karbohidrat. Asam sulfat pekat yang ditambahkan berfungsi untuk
menghidrolisis ikatan glikosida yang kemudian menghasilkan furfural atau
hidroksi metil furfural dengan Alpha Napthol akan menghasilkan cincin yang
keunguan atau violet.
Pengocokan
pada uji molisch ini dilakukan
bertujuan agar larutan yang ditambhakan ke dalam larutan yang lain dapat
tercampur merata dan warnanya pun sama. Pengocokan biasanya menggunakan sebuah
alat yang disebut vortex, karena apabila dilakukan secara manual terkadang
larutan tidak tercampur secara sempurna. Pada Uji Molish ini, larutan H2SO4
pekat berfungsi menghidrolisis ikatan gliserida. Semua sampel ketika ditambah
reagen Molisch berubah menjadi putih keruh. Ketika ditambah H2SO4
pekat, sampel glukosa, fruktosa, maltosa, dan sukrosa menghasilkan perubahan
warna yang sama yaitu putih keruh dan terdapat cincin warna ungu pada dasar
tabung.
4. Uji
Moore
Menurut Plummer (1982), uji moore disebut reaksi pendamaran yaitu suatu reaksi yang memisahkan sifat-sifat karbohidrat. Pada uji moore ini, pereaksinya adalah NaOH. Selain ditambah NaOH juga dilakukan pemanasan. Hal ini dilakukan supaya reaksi yang terjadi lebih cepat agar dihasilkan warna. Fungsi penambahan larutan NaOH 10% (alkali/basa) yaitu sebagai pereaksi yang mengandung alkali, dan sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldosa aldehid (aldehid dengan cabang gugus alkohol) yang berwarna kekuningan.
Pada Uji Moore ini
sampel glukosa, fruktosa, dan maltosa ketika ditambah larutan NaOH 10% berwarna
bening dan setelah dipanaskan berwarnacoklat kemerahan, coklat kekuningan, dan
coklat kekuningan. Hal ini menunjukan bahwa reaksi ketiga sampel tersebut
positif dan mengandung gugus alkali. Pada sampel sukrosa ketika ditambah
larutan NaOH 10% berwarna bening dan setelah dipanaskan sukrosa berwarna
bening. Pada amilum ketika ditambah larutan NaOH 10% berwarna putih keruh. Setelah
dipanaskan berwarna kuning bening. Hal ini menunjukan reaksi yang negatif.
Sukrosa bukan termasuk gula pereduksi.
5. Uji Luff
Menurut
Plummer (1982), uji Luff
adalah uji kimia kualitatif yang bertujuan menguji adanya gugus aldehid
(-CHO). Komponen utama reagent
Luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen luff pada
sampel, kemudian dipanaskan. Reaksi positif pada uji Luff ditandai dengan
adanya endapan merah. Uji Luff atau uji kualitatif
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya disakarida, apabila setelah
dipanaskan larutan berwarna merah bata atau kecoklatan. Demikian itu,
menunjukan bahwa larutan tersebut mengandung disakarida. Komponen utama reagen
Luff adalah CuO. Uji ini dilakukan dengan menambahkan reagen Luff pada sampel,
kemudian dipanaskan. Reaksi positif ditandai dengan adanya endapan merah.
Pada
reaksi tersebut terjadi reduksi CuO menjadi Cu2O. Cu2O
kemudian membentuk endapan merah bata. Salah satu manfaat uji Luff adalah mengetahui adanya gula
pereduksi atau aldosa (contoh : sukrosa), yang memiliki gugus aldehid.
6. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan
reaksi pengikatan gugus hidroksil / OH oleh suatu senyawa. Di dalam larutan
yang kondisinya asam, karbohidrat jenis polisakarida dan disakarida akan
terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya sehingga terjadi
kondensasi yang akhrinya membentuk kompleks warna tertentu (Riawan, 1990).
Pada percobaan ini, sampel glukosa di hasil akhir menghasilkan warna orange. Sampel fruktosa menghasilkan warna coklat pada permukaan tabung dan warna orange di dasar tabung. Sampel maltosa menghasilkan warna coklat pada permukaan tabung, hijau tua di tengah tabung dan orange tua di dasar tabung. Pada sampel sukrosa dan amilum negatif atau tidak mengandung disakarida karena glukosa berwarna biru. Sampel glukosa menghasilkan warna orange muda pada permukaan hingga tengah tabung dan ada endapan orange pada dasar tabung. Sampel sukrosa menghasilkan warna merah bata di permukaan tabung, hijau tua di tengah tabung, endapan orange di dasar tabung. Sampel amilum menghasilkan warna hijau tua pada permukaan hingga tengah tabung, endapan orange muda pada dasar tabung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar