Translate

Tampilkan postingan dengan label Botani. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Botani. Tampilkan semua postingan

Botani

SIMPLISIA DARI PHYCOPHYTA, MYOPHYTA  DAN MYCOPHYTA


AGAR

Nama lain    :    

Agar – agar, Gelosa, Vegetable gelatin. 

Tanaman asal

Gelidium cartilagenium (L)

Gracilaria confervoides (L) 

Sejenis ganggang merah 

Keluarga

Gelidiaceae 

Sphaerococcaceae 

Kelas : Rhodophyceae 

Zat berkhasiat utama / Isi : 

Garam kalsium dari gelosa, yaitu hidrat arang kompleks yang tersusun dari rangkaian galaktosa dimana molekul yang terakhir berikatan dengan asam sulfat, iodium 

Persyaratan kadar : 

20 – 100 bagian per juta 

Penggunaan : 

Karena mampu mengisap dan mengikat air, sehingga dalam usus berfungsi sebagai pelumas dan penambah isi usus, maka banyak dipakai pada pengobatan sembelit yang kronis. Juga sebagai bahan penolong pada berbagai sediaan obat. 

Pemerian : 

Umumnya berupa berkas potongan – potongan memanjang yang tipis seperti selaput dan berlekatan atau berbentuk keping, serpih / butiran, abu – abu kekuningan sampai kuning pucat atau tidak berwarna, tidak berbau atau berbau lemah, rasa berlendir, jika lembab liat, jika kering rapuh. 

Bagian yang digunakan : 

Koloidal hidrofil yang kering yang diperoleh dari penyarian.

Cara panen : 

Cara California : 

Ganggang direndam air, dibersihkan dari pasir dan kotoran lainnya, direbus dengan 2 tekanan, disaring selagi masih panas, sari dimasukkan ke dalam tabung – tabung pendingin, gudir yang terjadi digerus, dibekukan dan dipisahkan dari air dinginnya secara disaring hampa berputar, pengeringan selanjutnya dilakukan dengan mengalirkan udara panas. 

Cara Jepang : 

Ganggang yang dipelihara di dekat pantai dikeringkan,dipukul – pukul untuk memisahkan pasir, kerang dan kotoran lainnya, berganti – ganti dicuci dan dijemur sampai pucat warnanya, kemudian disari agarnya 

Cara Australia : 

Ganggang dibersihkan dari pasir dan dikelantang, direbus pada suhu 94o – 98o selama 2 – 4 jam sebagai larutan 4% dan pH dibuat 5 - 6, bagian – bagian yang padat dipisahkan secara pemusingan dan cairan yang telah jernih dicuci dengan norit, dikentalkan, didiamkan, kotoran – kotoran organik dibilas dengan aliran air dan dikeringkan pada suhu 40०– 50० . 

Jenis - jenis : 

Agar Sailan, dibuat dari Gracilaria lichenoides (Graville) Agar Makasar, dibuat dari Eucheuma spinosum (Ag) tercampur dengan garam dapur. Agar Amerika, agar pantai di Pasifik diperoleh dari ganggang Gelidium cartilagenium, Gelidium amansii, Anhfeltia plicata. Agar Pantai Atlantik, diperoleh dari Gracilaria confervoides, Hypnea muciformis dan ganggang merah lainnya. Agar Jepang, dibuat dengan nama Japanese Isinglass, diperoleh dari Gelidium cartilagenium, dan Gloiopeltis tenax. Agar Australia, dari Gracilaria confervoides dan Sphaerococcus compressus (Ag). 

Penyimpanan : 

Dalam wadah tertutup baik. 

 

SACCHAROMYCES SICCUM 

Nama lain : 

Ragi kering, Dry yeast 

Tanaman asal : 

Saccharomyces cerevisiae (Meyen) atau Candida utilis (Hannegeng) 

Keluarga : 

Ascomycetes 

Zat berkhasiat utama / Isi : 

Vitamin dan putih telur. 

Penggunaan : 

Sumber vitamin B komplek dan zat putih telur. 

Bagian yang digunakan : 

Ragi yang diperoleh dari biakan pilihan. 

Cara panen : 

Ragi yang berasal dari pabrik bir disebut ragi bir kering, dan apabila telah dihilangkan rasa pahitnya disebut ragi bir kering tidak pahit. Ragi yang berasal dari kultur dengan media yang serasi disebut ragi utama kering. 

Keterangan : 

10 gram ragi setara dengan 35 kalori; 4,6 gram protein nabati; 0,2 gram lemak; 3,7 gram hidrat arang; 11 mg kalsium; 189 mg fosfor anorganik dan 1,8 mg besi. 


SECALE CORNUTUM 

Nama lain : 

Sekale kornutum, Gandum Induk, Mother of Rye, Ergot, Horn Seed. 

Tanaman asal : 

Claviseps purpurea *, Secale cereale ** Keluarga : Hypocreaceae *, Poaceae ** 

Zat berkhasiat utama / Isi : 

  • Alkaloida, terbagi 3 golongan: 

  1. Ergotamina (ergotamina, ergotaminina, ergosinina). 
  2. Ergotoksina (ergokristina, ergokriptina, ergokornina, ergokristinina, ergokriptinina, ergokomina). 
  3. Ergobasina, (ergobasina / ergonivina, ergobasinina, ergonovinina.

  • Tiramina, histamina, ergotionina dan glikokolbetaina. 
  • Lemak terdiri dari trioleinat, trioksileinat dan fitosterin, lesitin, ergosterin, asam sfaselin, manit, trehalosa dan mineral utama asam fosfat. 
Persyaratan kadar : 

  • Kadar alkaloida jumlah dihitung sebagai ergotoksina tidak kurang dari 0,2%;
  • Kadar alkaloida yang larut dalam air dihitung sebagai ergometrina (ergonovina) tidak kurang dari 0,03%. 
Penggunaan : 

Semua alkaloida – alkaloida ini menyebabkan kontraksi otot polos terutama otot uterus. Jika dosis lebih besar maka juga menguncupkan otot saluran kemih, usus dan pembuluh darah 

Pemerian : 

Bau dan rasa tidak enak 

Bagian yang digunakan : 

Sklerotium dari Claviseps purpurea yang tumbuh dalam buah Secale cereale 

Sediaan :

  1. Ergometrini maleas ( FI ) untuk : Ergometrini Compressi (F.N); Ergometrini Injectio (F.N) 
  2. Ergotamini Tartras ( FI ) untuk : - Ergotamini Injectio (F.N); Ergotamini Compressi (F.N); Ergotamini Solutio (F.N); Coffeini Ergotamini Pulveres (F.N) 
  3. Secalis Cornuti Pulvis (FI) 
  4. Secalis Cornuti Extractum (FI), untuk Secalis Guttae (F.N) 
  5. Secalis Cornuti Tinctura (FI) 
Penyimpanan : 

Dalam keadaan utuh ditempat sejuk dan kering. 


USNEA THALLUS 

Nama lain : 

Kayu angin, Linchen Dasypogus 

Tanaman asal : 

Usnea misaminensis (Vain) Not, Usnea dasypoga (Acharius) atau Usnea sp. 

Keluarga : 

Usneaceae 

Zat berkhasiat utama / Isi : 

Asam urat, zat pahit, hidrat arang 

Penggunaan : 

Astringen, obat sakit perut, anti septik 

Pemerian : 

Bau lemah, rasa pahit 

Bagian yang digunakan : 

Seluruh thallus, berbentuk benang, pada umumnya bulat memanjang, bercabang – cabang berwarna abu – abu sampai biru kehijauan pucat. 

Botani

 ZINGIBERACEAE


BAB I

PENDHULUAN

 

1.1.    Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati sangat melimpah. Keanekaragaman hayati Indonesia mencapai 325.350 jenis tumbuhan dan hewan. Di antara jumlah jenis tumbuhan tersebut, lebih dari 8000 jenis merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai obat, dan 800-1200 jenis diantaranya telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk obat tradisional, salah satunya adalah anggota famili Zingiberaceae. Famili Zingiberaceae merupakan salah satu kelompok tumbuhan penting karena keunggulannya yang dapat digunakan sebagai obat bernilai ekonomi tinggi. Rhizome tanaman yang tergolong famili ini mengandung amilum dan minyak atsiri. Masyarakat di kabupaten Banyuwangi umumnya mengenal tumbuhan anggota famili Zingiberaceae sebagai tumbuhan obat tradisional. Masyarakat Banyuwangi telah membudidayakan famili Zingiberaceae tersebut sebagai tanaman obat keluarga (TOGA).

Hasil penelitian didapatkan 19 jenis anggota famili Zingiberaceae yang terdiri dari 6 genus. Genus yang paling panyak ditemukan anggota jenisnya adalah genus Curcuma dengan 10 jenis, yang diikuti oleh genus Zingiber dengan 3 jenis, Amomum, Kaempferia masing-masing 2 jenis dan genus Alpinia, Boesenbergia masing-masing 1 jenis. Jenis-jenis tersebut adalah Temu blobo (Curcuma aurantiaca v. Zijp), Temu giring (Curcuma heyneana Valeton & Zijp), Temu poh (Curcuma manga Valeton & Zijp), Kunyit warna tua (Curcuma angustifolia Roxb.), Kunyit warna muda (Curcuma domestica Valeton), Temu blenyek (Curcuma purpurescens Blume), Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.), Temu putih (Curcuma zedoaria (Berg) Rosc), Temu putri (Curcuma petiolata  Valeton), Lempuyang (Zingiber zerumbet (L.), Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Stuntz), Temu Kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.), Bangle (Zingiber purpureum Roscoe), Kencur (Kaempferia galanga Linn), Kapulaga (Amomum compactum Roxb.), Jahe (Zingiber officinale Roxb.), Kunci pepet (Kaempferia rotunda L), Wresah (Amomum daelbatum Roxb.). Anggota famili Zingiberaceae umumnya oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai obat gangguan pencernaan, obat cacing, penambah nafsu makan, hepatitis dan infeksi bakteri. Ada tiga jenis tumbuhan anggota famili Zingiberaceae yang belum dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat Banyuwangi yaitu Temu blobo (Curcuma aurantiaca v. Zijp), Temu blenyek (Curcuma purpurescens Blume) dan Wresah (Amomum daelbatum Roxb.).

Zingiberaceae secara umum dikenal oleh masyarakat indonesia sebagai tumbuhan jahe-jahean. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan antara lain sebagai bumbu masak, obat, bahan rempah-rempah, tanaman hias, bahan kosmetik, bahan minuman, bahan tonik rambut, dan sebagainya ( Lawrence, 1964:428).

Anggota suku ini memiliki ciri khas pada rizhomnya yang mengandung minyak menguap dan berbau aromatik. Zingiberaceae merupakan terna berumur panjang. Mempunyai rizhom yang membengkak seperti umbi dengan akar-akar yang tebal dan seringkali mempunyai ruang-ruang yang terisi dengan minyak menguap. Daun tersusun sebagai rozet akar atau berseling pada batang, bangun lanset atau jorong, bertulang menyirip atau sejajar. Tangkai daun beralih menjadi pelepah yang membelah kadang mempunyai lidah-lidah. Pelepah daun saling membalut dengan eratnya, sehingga kadang-kadang merupakan batang semu (Tjitrosoepomo, 1994:422).

 Zingiberaceae merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan pada kawasan hutan tropis, terutama Indo-Malaya. Zingiberaceae ini belum diketahui secara pasti berapa jumlah jenisnya, menurut Pandey (2003), terdapat sekitar 50 persen dari total genera famili Zingiberaceae ini ditemukan di hutan tropis. Zingiberaceae dapat hidup dari dataran rendah sampai pada ketinggian lebih dari 2000 mdpl terutama di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Menurut Larsen et al (1999), sejauh ini daerah yang kaya Zingiberaceae adalah wilayah Malesiana, Indonesia, Brunei, Singapura, Philipina dan Papua. Kita ketahui bahwa daerah yang luas seperti sumatra dan borneo masih sangat belum diketahui dan diselidiki lebih dalam lagi untuk flora gingernya. Oleh karena itu banyak jenis baru yang dipastikan akan ditemukan pada tahun yang akan datang.

Masyarakat dari berbagai etnis telah memanfaatkan suku Zingiberaceae sebagai bahan obat tradisional . Adapun bagian yang digunakan sebagai bahan obat sebagian besar adalah rhizome dari tanaman tersebut, sedangkan cara pengobatannya bermacam-macam antara lain direbus atau dibuat jamu dan diambil airnya untuk diminum, diambil sarinya dengan cara diparut kemudian diminum airnya atau dioleskan pada bagian tubuh yang diobati yaitu bagian perut, kening atau bagian lainnya dan ada juga yang langsung dimakan misalnya rhizome kencur (Kuntorini, 2005). Contoh jenis zingiberaceae yang bernilai ekonomi yaitu Hedychium coronarium Koen. Merupakan tumbuhan herba dalam rumoun yang padat, tinggi 1,5-3m, mempunyai rizhome yang pipih, berwarna putih dan lunak. Bunga majemuk besar dan berbunga terus-menerus sehingga sering digunakan untuk tanaman hias. Bunga berwarna putih dan berbau harum. Pangkal batang bila dikunyah akan mengeluarkan cairan yang dapat menyembuhkan sakit amandel atau tenggorokan. Batangnya sangat baik untuk membuat kertas (Hasliza, 1999).

1.2.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1.      Apa saja jenis-jenis tumbuan anggota famili Zingiberaceae?

2.      Apakah Zingiberaceae dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat-obatan?

3.      Apa saja kandungan-kandungan yang terdapa pada Zingiberaceae?

4.      Apa saja bagian Zingiberaceae yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan?

5.      Apa saja jenis-jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan tanaman Zingiberaceae?

1.3.    Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1.      Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan anggota family Zingiberaceae.

2.      Untuk mengetahui apakah Zingiberaceae dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat-obatan.

3.      Untuk mengetahui kandungan-kandungan yang terdapat pada Zingiberaceae.

4.      Untuk mengetahui bagian Zingiberaceae yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.

5.      Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan tanaman Zingiberaceae

1.4.    Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberi wawasan mengenai jenis-jenis, kandungan, serta bagian-bagian dari tumbuhan anggota family Zingiberacee yang dapat berpotensi sebagai obat tradisional pada beberapa jenis penyakit tertentu.


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

Zingiberaceae adalah kelompok tumbuhan herba menahun. Beberapa jenis dapat tumbuh mencapai tinggi 10 m seperti Alpinia bola dari Pulau Fiji, jenis lainnya seperti Kaempferia, hanya dapat tumbuh beberapa cm di atas permukaan tanah. Globba merupakan genus yang berperawakan kecil dengan tinggi kurang dari satu meter. Tumbuhan Zingiberaceae terdiri atas bagian akar, batang, daun, bunga dan buah (Pandey, 2003; William et al., 2004; Larsen & Larsen, 2006).

Akar biasanya saling berhubungan dan berair. Beberapa tumbuhan dengan umbi yang ramping atau kecil seperti pada Curcuma, kadang-kadang berbentuk benang seperti pada genus Globba (Pandey, 2003). Semua jenisnya memiliki rimpang (batang yang biasanya tumbuh secara horizontal di sepanjang permukaan atau di dalam tanah yang menghasilkan akar dan daun). Rimpangnya dapat panjang dan lurus seperti kebanyakan Hedychium, atau dapat juga bercabang seperti pada Zingiber.
Pada jenis seperti BoesenbergiaKaempferiaGlobba dan jenis lainnya yang berukuran kecil rimpang kebanyakan pendek. Bagian ujung dari rimpang atau percabangan tumbuh ke atas dan menjadi batang yang berdaun. Pada beberapa jenis seperti Amomum, Geostachys dan Hornstedtia rimpang tumbuh di atas permukaan tanah dengan didukung stilt root. Pada beberapa jenis rimpang tumbuh lebih dari satu meter dari lantai hutan (Kress et al., 2002; Larsen & Larsen, 2006; Poulsen, 2006).

Batang terdiri dari batang tegak dan rimpang yang tumbuh dari batang tegak memanjang secara horizontal di permukaan tanah. Daun tersusun berselang-seling dengan pelepah yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk batang semu (Nurainas & Yunaidi, 2006).

Daun tunggal tersusun berselang-seling dalam dua baris, dengan pelepah yang menutupi batang, dengan atau tanpa tangkai daun (petioles), selain itu juga lidah daun (ligula) pada pertemuan antara helaian daun (lamina) dengan tangkai daun atau antara helaian daun dengan pelepah daun (vagina). Bentuk dan ukuran ligula berbeda-beda pada setiap genera. Bentuk bangun daun lanset, bulat telur atau memanjang dengan satu ibu tulang daun (midrib). Pertulangan daun menyirip yang sejajar satu dengan yang lainnya (Henderson, 1954; Pandey, 2003).

Letak perbungaan terminal atau muncul langsung dari rimpang, atau dari ujung batang, mempunyai braktea primer yang tersusun saling tumpang tindih. Bunga tersusun berkelompok atau soliter pada ketiak braktea primer, dengan atau tanpa braktea sekunder; bunga mekar biasanya bertahan satu hari atau kurang.
Bunga mirip dengan bunga anggrek, meskipun kebanyakan berbeda dengan anggrek, memiliki masa berbunga yang singkat. Bunga biseksual, zigomorf, epiginius. Calyx berbentuk tabung, biasanya bergigi tiga. Corolla ada tiga yang bagian pangkalnya bersatu sehingga membentuk tabung.

Hanya ada satu anther fertil; yang lainnya hilang atau tereduksi menjadi apendage steril yang selalu menjadi bagian labellum; terkadang dua struktur lain (lateral staminode) dapat berbentuk seperti petal atau gigi kecil.

Stamen berada dalam dua lingkaran tetapi hanya stamen adaksial dari lingkaran dalam yang fertil, dua stamen lain dari lingkaran dalam steril, bersatu membentuk petaloid staminodium yang disebut labellum, dua stamen dari lin karan luar menjadi petaloid staminodium yang lebih kecil, sedangkan satu stamen lagi hilang. Ginaesium dengan tiga karpel, ovarium inferus, satu atau tiga ruang, ovul banyak. Stilus memanjang, umumnya terletak di antara kedua teka dari anther, di atas ovarium terdapat dua kelenjar nektar (Nurainas & Yunaidi, 2006; Poulsen, 2006).

Buahnya berbentuk kapsul, kering atau berdaging, terkadang seperti buah beri dan kadang-kadang terbuka menjadi tiga bagian. Warna beraneka macam dengan permukaan licin, kasap, berambut atau berduri. Biji sedikit sampai banyak, bulat atau berusuk, berwarna coklat, hitam atau putih, mempunyai salut biji (aril) yang berdaging, biasanya berlobus atau terbelah, berwarna putih orange, atau merah untuk menarik perhatian hewan penyebar biji-bijinya. Endospermnya banyak (Larsen & Larsen, 2006; Poulsen, 2006).

2.1.    Jahe (Zingiber officinale)

Indonesia sangat kaya dengan sumber daya flora. Di Indonesia, terdapat sekitar 30.000 spesies tanaman, 940 spesies di antaranya dikategorikan sebagai tanaman obat dan 140 spesies di antaranya sebagai tanaman rempah. Dari sejumlah spesies tanaman rempah dan obat, beberapa di antaranya sudah digunakan sebagai obat tradisional oleh berbagai perusahaan atau pabrik jamu. Dalam masyarakat Indonesia, pemanfaatan obat tradisional dalam sistem pengobatan sudah membudaya dan cenderung terus meningkat. Salah satu tanaman rempah dan obat-obatan yang ada di Indonesia adalah jahe (Rukmana, 2000).

Nama ilmiah jahe adalah Zingiber officinale Rosc. Kata Zingiber berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali dilontarkan oleh Dioscorides pada tahun 77 M. Nama inilah yang digunakan Carolus Linnaeus seorang ahli botani dari Swedia untuk memberi nama latin jahe (Anonimus, 2007).

Menurut para ahli, jahe (Zingiber officinale Rosc.) berasal dari Asia Tropik, yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu, kedua bangsa itu disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan minuman, bumbu masakan, dan obat-obatan tradisional. Belum diketahui secara pasti sejak kapan mereka mulai memanfaatkan jahe, tetapi mereka sudah mengenal dan memahami bahwa minuman jahe cukup memberikan keuntungan bagi hidupnya (Santoso, 1994).

Klasifikasi Jahe (Zingiber officinale)

Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam ordo Zingiberales, famili Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Simpson, 2006). Kedudukan tanaman jahe dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :

Kingdom           : Plantae

Divisi                 : Spermatophyta

Subdivisi            : Angiospermae

Kelas                  : Monocotyledonae

Ordo                  : Zingiberales

Famili                 : Zingiberaceae

Genus                : Zingiber

Spesies               : Zingiber officinale Rosc. (Rukmana, 2000).

Morfologi Jahe (Zingiber officinale)

Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi antara 30 cm - 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15 cm – 23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling. Tanaman jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang dan berbunga. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: jahe besar (jahe gajah) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang besar, berwarna muda atau kuning, berserat halus dan sedikit beraroma maupun berasa kurang tajam; jahe putih kecil (jahe emprit) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang termasuk kategori sedang, dengan bentuk agak pipih, berwarna putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam; jahe merah yang ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa sangat tajam (Rukmana, 2000).

2.2.    Kunyit (Curcuma dosmetica)

Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia, dan Filipina. Beberapa penelitian membutikkan bahwa tanaman sangat potensial sebagai obat (diuretika, tonik dan aphrodisiaka), serta arah pengembangan obat tradisional (jamu) di Indonesia untuk menghasilkan fitofarmaka (Anonim, 2010).

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan (Hartati & Balittro., 2013).

Rimpang kunyit bercabang-cabang sehingga membentuk rimpun. Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa batang yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk atau umbi kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku-buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas umumnya banyak. Tinggi anakan mencapai 10,85 cm (Winarto, 2004).

Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang agak kuning kehitaman. Warna daging rimpangnya jingga kekuningan dilengkapi dengan bau khas yang rasanya agak pahit dan pedas. Rimpang cabang tanaman kunyit akan berkembang secara terus menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang semu, sehingga berbentuk sebuah rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10 cm. panjang rimpang bias mencapai 22,5 cm. tebal rimpang yang tua 4,06 cm dan rimpang muda 1,61 cm. rimpang kunyit yang sudah besar dan tua merupakan bagian yang dominan sebagai obat (Winarto, 2004).

Klasifikasi Kunyit (Curcuma dosmetica)

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas  : Monocotyledoneae

Ordo  : Zingiberales

Famili  : Zungiberaceae

Genus  : Curcuma

Species : Curcuma domestica Val ( Anonim, 2007).

Morfologi Kunyit (Curcuma dosmetica)

Batang Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak atau  pelepah daun yang saling menutupi. Batang kunyit bersifat basah karena mampu menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat dan berwarna hijau keunguan. Tinggi batang kunyit mencapai 0,75-1 m (Winarto, 2004). Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun dan helai daun. Panjang helai daun antara 31-83 cm. lebar daun antara 10-18 cm. Daun kunyit berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar. Pertulangan daun rata dan ujung meruncing atau melengkung menyerupai ekor. Permukaan daun berwarna hijau muda. Satu tanaman mempunyai 6-10 daun (Winarto, 2004). Bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda dengan pangkal berwarna putih. Setiap bunga mempunyai tiga lembar kelopak bunga, tig lembar tajuk bunga dan empat helai benang sari. Salah satu dari keempat benang sari itu berfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu, ketiga benang sari lainnya berubah bentuk menjadi heli mahkota bunga (Winarto, 2004).

 

2.3.    Lengkuas (Alpinia galangal)

Lengkuas atau laos adalah rempah-rempah populer dalam tradisi boga dan pengobatan tradisional Indonesia maupun Asia Tenggara lainnya. Bagian yang dimanfaatkan adalah rimpangnya yang beraroma khas. Masyarakat menggunakan lengkuas sebagai pewangi dan penambah cita rasa masakan. Selain itu, rimpang mudanya banyak dimanfaatkan sebagai sayuran dan lalapan. Dalam bidang pengobatan, lengkuas digunakan sebagai antiseptik, pencegah kangker, antialergi, antijamur, dan antioksidan. Selain itu, digunakan sebagai obat panu, pelancar haid, diuretik,memperkuat lambung, meningkatkan nafsu makan, dan sebagai penyegar (Suranto, 2004).

Lengkuas banyak mengandung oleoresin yang terdiri dari komponen damar dan minyak atsiri. Selain itu, lengkuas mengandung komponen flavonol, yang terdiri dari galangin, kaemferol, kuersetin, dan miliselin. Komponen lainnya adalah à-pinen, 1,8- sineol, limonen, terpineol, kaemferol, kuarsetin, dan miristin (Suranto, 2004).

Klasifikasi Lengkuas (Alpinia galangal)

Lengkuas atau laos (Alpinia galanga, L) termasuk dalam famili Zingiberaceae. Ada dua jenis lengkuas, yaitu lengkuas putih dan merah yang bisa digunakan sebagai bumbu penyedap dan obat. Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman lengkuas diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom           : Plantae ( Tumbuhan )

Subkingdom      : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )

Super Divisi       : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )

Divisi                 : Magniliophyta ( Tumbuhan berbunga )

Kelas                  : Liliopsida ( Berkeping satu/ monokotil )

Sub kelas           : Commelinidae

Famili                 : Zingiberaceae Genus   : Alpinia

Spesies               : Alpinia galanga L. Swartz

Rimpang lengkuas di beberapa daerah disebut dengan laja (Sunda) atau langkueh (Minang). Tanaman ini asli Asia Tenggara dan Indonesia, serta dibudidayakan di Malaysia, Laos, dan Thailand. Tanaman yang masa panennya dilakukan pada umur 7 tahun ini, membutuhkan cahaya matahari penuh untuk pertumbuhannya (Azwar, 2010).

Morfologi Lengkuas (Alpinia galangal)

Morfologi lengkuas merah secara umum terdiri atas struktur rimbang, batang, daun, bunga, buah dan biji. Batang lengkuas merah merupakan batang Semu, tegak, masif, terdiri dari pelepah daun hijau kemerahan dengan tinggi 1 – 2 m. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna merah dengan bau menyengat. Daun tunggal, duduk dalam roset akar, lanset, ujung runcing, pangkal tumpul dengan panjang 30 – 90 cm dan lebar 5 – 15 cm, pertulangan menyirip berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin dua, di ujung batang berkelopak hijau, mahkota merah. Buah berbentuk kotak, bulat dengan warna hijau dan biji bulat berwarna hitam (Suranto, 2004).

2.4.    Kencur (Kaempferia galangal)

Kencur merupakan salah satu tanaman rempah  atau hal ini bisa dijadikan sebagai bahan penyadap dari sebuah makanan maupun obat-obatan secara herbal. Tanaman kencur pada dasarnya telah memiliki berbagai manfaat. Bahkan fungsi dari tanaman kencur ini dapat membantu seseorang dalam meredakan batuk anda. Selain itu, ternyata tanaman kencur ini mampu menghilangkan rasa stress. Tanaman kencur ini mampu menghilangkan rasa cemas, stress dan juga depresi yang berlebihan. Tanaman kencur menjadi salah satu tanaman yang mudah untuk membudidayakan tanaman kencur.

Klasifikasi Kencur (Kaempferia galangal)

Kingdom           : Plantae

Subkingdom      : Tracheobionta

Superdivisi         : Spermatophyta

Divisi                 : Magnoliophyta

Subdivisi            : Angiospermae

Kelas                  : Liliopsida

Bangsa               : Zingiberales

Suku                  : Zingiberaceae

Marga                : Kaempferia L.

Jenis                   : Kaempferia galanga L. (USDA, 2010)

Morfologi Kencur (Kaempferia galangal)

Kencur merupakan terna tahunan, berbatang basal tidak begitu tinggi, lebih kurang 20 cm dan tumbuh dalam rumpun. Daun tunggal, berwarna hijau dengan pinggir merah kecoklatan bergelombang. Bentuk daun jorong lebar sampai bundar, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung runcing, pangkai berlekuk, dan tepinya rata. Permukaan daun bagian atas tidak berbulu, sedangkan bagian bawah berbulu halus. Tangkai daun pendek, berukuran 3-10 cm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5 cm, berwarna putih. Jumlah daun tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan (Damayanti, 2008).

Bunga tunggal, bentuk terompet, panjang sekitar 2,5-5 cm. Benang sari panjang sekitar 4 mm, berwarna kuning. Putik berwarna putih atau putih keunguan. Bunga tersusun setengah duduk, mahkota bunga berjumlah 4-12 buah dengan warna putih lebih dominan. Tanaman kencur berbeda dengan famili Zingiberaceae lainnya, yaitu daunnya merapat ke permukaan tanah, batangnya pendek, akar serabut berwarna coklat kekuningan, rimpang pendek berwarna coklat, berbentuk jari dan tumpul, bagian luarnya atau kulit rimpangnya berwarna coklat mengkilat, memiliki aroma yang spesifik, bagian dalamnya berwarna putih dengan daging lunak, dan tidak berserat (Damayanti, 2008).

 

2.5.    Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

Tanaman temulawak (Curcuma zanthorrihiza L.) merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh liar di hutan-hutan jati di Jawa dan Madura. Tumbuhan semak berumur tahunan, batang semunya terdiri dari pelepah-pelepah daun yang menyatu, mempunyai umbi batang. Tinggi tanaman antara 50-200 cm, bunganya berwarna putih kemerah-merahan atau kuning bertangkai 1,5-3 cm berkelompok 3 sampai 4 buah. Tumbuhan ini tumbuh subur pada tanah gembur, dan termasuk jenis temu-temuan yang sering berbunga. Panen dapat dilakukan pada umur 7-12 bulan setelah tanam atau daun telah menguning dan gugur. Sebagai bahan tanaman untuk bibit digunakan tanaman sehat berumur 12 bulan (Hayani, 2006).

Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun dengan habitus mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman ini terdiri atas beberapa anakan dan tiap anakan memiliki 2-9 helai daun. Daun temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Panjang daunnya sekitar 50-55 cm dan lebar ± 18 cm. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua dan pangkal bunganya berwarna ungu. Rimpang temulawak bentuknya bulat seperti telur dengan warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning kotor. Warna daging rimpang adalah kuning dengan cita rasa pahit, berbau tajam dan keharumannya sedang. Untuk sistem perakaran tanaman temulawak termasuk tanaman yang berakar serabut dengan panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan (Anonymous, 2013).

Klasifikasi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

Menurut klasifikasi dalam tata nama ( sistematika ) tumbuhan, tanaman temulawak (Curcuma zanthorrhiza L.) termasuk ke dalam :

Kingdom           : Plantae

Divisi                 : Spermatophyta

Sub divisi           : Angiospermae

Kelas                  : Monocotyledonae

Ordo                  : Zingiberales

Familia               : Zingiberceae

Genus                : Curcuma

Spesies               : Curcuma zanthorrhiza L. (Anonymous, 2011).

Morfologi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)

Batang temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun. Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun.

Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar 50-55 cm, lebarnya + 18 cm, dan setiap helai daun melekat pada tangkai daun yang posisinya saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang berwana hijau tua dengan garis–garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai lebar 30-90 cm, dengan jumlah anakan perumpun antara 3-9 anak.

Bunga tanaman temulawak dapat berbunga terus-menerus sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe erantha), atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna ungu. Panjang tangkai bunga ± 3 cm dan rangkaian bunga (inflorescentia) mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga.

Rimpang induk temulawak bentuknya bulat seperti telur, dan berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3-4 buah. Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang induk.

Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning kotor, atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau orange tua, dengan cita rasa yang pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam, serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman ±16 cm. Tiap rumpun tanaman temulawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima buah rimpang muda.

Sistem perakaran tanaman temulawak termasuk akar serabut. Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan (Anonymous, 2014).


 

BAB III

PEMBAHASAN

 

Zingiberaceae termasuk salah satu suku dari ordo Zingiberales yang semua anggotanya berupa herba perenial. Anggota suku ini mempunyai ciri khas pada rhizomnya yang mengandung minyak menguap atau berbau aromatik (Ernawati, 2001).

Zingiberaceae merupakan tumbuhan herba perenial dengan rimpang yang mengandung minyak menguap hingga berbau aromatik. Batang di atas tanah, seringkali hanya pendek dan mendukung bunga-bunga saja. Daun tunggal, mempunyai sel-sel minyak menguap, tersusun dalam 2 baris , kadang-kadang jelas mempunyai 3 bagian berupa helaian tangkai dan upih, selain itu juga memiliki lidah-lidah, helaian biasanya lebar dengan ibu tulang tebal dan tulang-tulang cabang yang sejajar dan rapat satu dengan yang lain dengan arah yang serong ke atas, tangkai daun pendek atau tidak ada, upih terbuka dan tertutup, lidah-lidah pada batas antara helaian dengan tangkai atau antara helaian dengan upih (Tjitrosoepomo, 2002).

Menurut Nurainas  dan  Yunaidi (2008:89)  letak pembungaan Zingiberaceae terminal atau muncul langsung dari rhizom, atau dari ujung batang, mempunyai braktea primer yang tersusun saling tumpang tindih. Menurut Tjitrosoepomo, (2002:56), bunga terpisah-pisah, tersusun dalam bunga majemuk tunggal dan berganda, kebanyakan banci, zigomorf atau asimetrik, hiasan bunga dapat dibedakan dalam kelopak dengan 3 daun kelopak dan mahkota yang terdiri atas 3 daun mahkota yang berlekatan, pada bagian bawahnya membentuk suatu buluh dengan bentuk dan warna yang kadangkadang cukup atraktif, benang sari 1 dengan 3-5 benang sari mandul yang kadangkadang bersifat seperti daun mahkota, tangkai putik di ujung, tidak berbagi, bebas atau bergigi 2, bakal buah tenggelam, beruang 3, jarang dengan 2 tembuni diketiak atau beruang 1 dengan tembuni pada dinding atau pada dasarnya, buah kendaga yang berkatup 3 atau berdaging tidak membuka. Bakal biji banyak, biji bulat atau berusuk, mempunyai salut biji dan endosperm banyak. Berikut klasifikasi Zingiberaceae yaitu:

Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam famili temu-temuan (Zingiberaceae) dan satu famili dengan temu-temuan lainnya, yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), dan lengkuas (Lenguas galaga). Di sepanjang daerah tropis dan subtropis, famili Zingiberaceae terdiri atas 47 genera dan 1.400 spesies. Genus Zingiber melliputi 80 spesies yang salah satunya adalah jenis jahe yang paling penting dan memiliki banyak manfaat. Nama Zingiber berasal dari bahasa Sansekerta “Singaberi”. Kata “ Singaberi” dalam bahasa Sansekerta itu berasal dari bahasa Arab “Zanzibil” atau bahasa yunani “Zingiberi”. Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe termasuk divisi Pteridophyta, subdivisi Angiosperma, kelas Monocotyledoneae, ordo scitaminiae, famili Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Tim Lantera, 2002:78).

Famili jahe-jahean (Zingiberaceae) memiliki anggota lebih dari 1.200 spesies yang hampir seluruhnya tumbuh dihutan-hutan tropis, terutama Asia tenggara. Di Borneo sendiri memiliki jahe lebih dari 200 spesies. Jumlah belum diketahui secara pasti dan masih belum dipublikasikan dan banyak dibutuhkan sampai pada tingkat obat generik. Genus Costus memiliki beberapa karakter yang berbeda dan ditempat ini dimasukan dalam famili tersendiri. Taman Nasional Gunung Malu merupakan daerah dengan kawasan hutan yang masih cukup luas dan kaya akan semua jenis tumbuhan begitu juga dengan jahe-jahean ( Poulsen, 2006:89).

Sejak diciptannya manusia di permukaan bumi, telah di ciptakan pula alam sekitarnya, dari sejak itu pula manusia mulai mencoba memanfaatkan alam sekitar untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang di hadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber alam khususnya tumbuhan zingiberaceae telah memperlihatkan peranannya dalam penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Upaya pengobatan dengan mempergunakan berbagai ramuan tanaman obat sudah dari dahulu dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman obat sebagai upaya mencegah masalah kesehatan perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Secara sederhana tanaman obat dapat diartikan sebagai tanaman yang dapat di manfaatkan untuk penawar dalam mengobati suatu penyakit. Tanaman obat berasal dari tumbuhan yang mempunyai khasiat yang di ketahui secara ilmiah terbukti bermanfaat bagi kesehatan dan juga dari penuturan dan pengalaman orang tua terdahulu ( Murhananto, dkk. 2002 : 4 ). Pada umumnya yang dimaksud dengan tumbuhan obat yaitu semua jenis tumbuhan yang dapat di manfaatkan oleh orang, banyak khasiatnya untuk dijadikan bahan dalam mengobati suatu penyakit (Dalimarta, 2003 : 8 ).

Beberapa macam tumbuhan zingiberaceae yang dapat digunakan sebagai obatobatan diantaranya jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma dosmetica), lengkuas (Alpinia galanga), kencur (Kaempferia galanga  L), kecombrang (Nicolaia speciosa), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), lempuyang (Zingiber aromaticum Vall), temu giring (Curcuma heyneane Val)

Kandungan kimia tumbuhan zingiberaceae. Setiap tumbuhan mempunyai kandungan kimia. Kandungan kimia ada yang berkhasiat sebagai obat ada juga yang bersifat sebagai racun Waluyono (2003 : 15).

Kandungan kimia jahe (Zingiber officinale)

Jahe banyak mengandung berbagai fitokimia dan fitonutrien. Beberapa zat yang terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin, damar, asam organik, asam malat, asam oksalat, gingerin, gingeron, minyak damar, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe mengandung zingiberol, linaloal, kavikol, dan geraniol. Rimpang jahe kering per 100 gram bagian yang dapat dimakan mengandung 10 gram air, 10-20 gram protein, 10 gram lemak, 40-60 gram karbohidrat, 2-10 gram serat, dan 6 gram abu. Rimpang keringnya mengandung 1-2% gingerol (Suranto, 2004).

Kandungan gingerol dipengaruhi oleh umur tanaman dan agroklimat tempat tumbuh tanaman jahe. Gingerol juga bersifat sebagai antioksidan sehingga jahe bermanfaat sebagai komponen bioaktif anti penuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi melindungi lemak atau membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh (Kurniawati, 2010).

Kandungan Kimia Rimpang Kunyit (Curcuma dosmetica)

Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda, tergantung daerah pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen (Purseglove et al., 1981). Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati, protein, selulosa, beberapa mineral, kurkuminoid, dan minyak atsiri. Komponen yang paling banyak pada kunyit adalah pati yang berkisar 40-50% (Purseglove et al., 1981).

Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit adalah kandungan pigmennya (kurkumin), nilai organoleptik dan penampakkan umum, ukuran, dan bentuk fisik rimpangnya. Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor intrinsik kultivar yang ditanam, umur rimpang waktu dipanen, penanganan, pengolahan dan teknik sortasinya (Purseglove et al., 1981). Kukurminoid dan minyak atsiri merupakan komponen utama yang menentukan mutu kunyit.

Kandungan Kimia Lengkuas (Alpinia galanga L, Swart)

Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terdiri atas metil sinamat 48%, sineol 20-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, d-pinen,  galangin, dan lain-lain. Selain itu, rimpang juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin, amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain (Azwar, 2010). Minyak atsiri berwarna kehijauan yang mengandung methyl cinamate 48%, cineol 2-30%, kamfer, d-pinen, galangin, dan eugenol (yang membuat pedas). Selain itu juga mengandung sesquiterpene, camphor, galangol, cadinine, hydrate hexahydro cadalene, dan kristal kuning (Fauzi, 2009).

Kandungan Kimia Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)

Rimpang kencur paling banyak mengandung alkaloid dan minyak atsiri, yang terdiri atas sineol, asam sinamat, etil ester, kamphene, paraeumarin dan asam anisat (Gendrowati, 2013).

Flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik dan transport nutrisi yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap jamur (Agrawal, 2011). 

Senyawa alkaloid sebagai antibakteri mampu menghambat sintesis dinding sel bakteri, jika dinding sel bakteri tidak terbentuk dengan sempurna maka sel bakteri akan lisis dan hancur. Ekstrak etanol rimpang kencur juga mengandung saponin dan steroid.

Saponin juga merupakan senyawa aktif yang mempunyai aktivitas antifungi. Mekanisme kerja saponin sebagai antijamur adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan  mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar. Senyawa ini berdifusi melalui membran luar dan dinding sel yang rentan, lalu mengikat membrane sitoplasma dan mengganggu dan mengurangi kestabilan itu. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel (Nuria dkk, 2009).

Senyawa steroid dapat mengakibatkan kebocoran pada lisosom bakteri. Interaksi steroid dan membran fosfolipid bakteri akan menyebabkan menurunnya integritas membrane dan terjadi perubahan morfologi membran bakteri (Hayati et al., 2017).

Rimpang kering dari Kaempferia galanga L. mengandung 2,5 sampai 4% minyak esensial yang banyak digunakan dalam penyedap makanan, wewangian, dan obat-obatan. Penelitian barubaru ini menunjukkan potensi antijamur, antibakteri, antibiofilm, antioksidan dan aktivitas antitumor dari minyak esensial yaitu minyak atsiri yang diisolasi dari rimpang Kaempferia galanga L (Kumar, 2014).

Ethyl cinnamate dan ethyl-p-methoxycinnamate dan merupakan golongan ester yang memiliki peran sebagai nematisida, antikanker, antituberkulosis, anti-inflamasi, antifungal and larvisida (Kumar, 2014).

  Fungsi utama tumbuhan zingiberaceae adalah sebagai tempat penyimpanan produk metabolisme (metabolit) tertentu. Rimpang menyimpan banyak minyak atsiri dan alkaloid yang berkhasiat sebagai pengobatan. Rizoma  yang membesar dan menjadi penyimpanan cadangan makanan (biasanya dalam bentuk pati) dinamakan tuber (umbi batang) (Soenanto, 2005).

Manfaat jahe (Zingiber officinale)

Berkaitan dengan unsur kimia yang dikandungnya, jahe dapat dimanfaatkan dalam berbagai macam industri, antara lain sebagai berikut: industri minuman (sirup jahe, instan jahe), industri kosmetik (parfum), industri makanan (permen jahe, awetan jahe, enting-enting jahe), industri obat tradisional atau jamu, industri bumbu dapur (Prasetyo, 2003).

Selain bermanfaat di dalam industri, hasil penelitian Kikuzaki dan Nakatani (1993) menyatakan bahwa oleoresin jahe yang mengandung gingerol memiliki daya antioksidan melebihi α tokoferol, sedangkan hasil penelitian Ahmed et al., (2000) menyatakan bahwa jahe memiliki daya antioksidan yang sama dengan vitamin C.

Jahe memiliki rimpang yang kaya akan kandungan poliphenol ternyata dapat melindungi tubuh dari berbagai polutan yang ada di lingkungan. Efek antioksidan jahe juga dapat meningkatkan hormon testosteron, LH dan melindungi testis tikus putih yang diinduksi oleh fungisida mancozeb (Sakr et al., 2009). 

Jahe yang digunakan sebagai bumbu dapur ternyata juga dapat melindungi tubuh dari berbagai bahan kimia, hal ini dapat dilihat bahwa jahe dapat menurunkan kadar glukosa darah, kolesterol dan triasilglyserol pada mencit yang diinduksi oleh streptozotocin (Al amin et al., 2006) dan juga menurunkan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi oleh aloksan (Olayaki et al., 2007).    

Rimpang jahe juga bersifat nephroprotektif terhadap mencit yang diinduksi oleh gentamisin, dimana gentamisin meningkatkan reactive oxygen species (ROS) dan jahe yang mengandung flavonoid dapat menormalkan kadar serum kreatinin, urea dan asam urat pada tikus percobaan (Laksmi dan Sudhakar, 2010).

Minuman jahe selama 30 hari, memberikan hasil bahwa minuman jahe dapat menurunkan kadar MDA plasma dan meningkatkan kadar vitamin E plasma dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberi minuman jahe, dari hasil ini menyatakan bahwa jahe berperan sebagai antioksidan dalam proses peroksidasi lipid dimana dapat diukur dari kadar MDA plasma (Zakaria et al., 2000). Ekstrak jahe ternyata dapat sebagai radioproteksi dengan menurunkan kadar enzim GPx dan MDA plasma mencit yang diradiasi oleh fast neutron (Nabil et al., 2009).

Stoilova et al., (2007) menyatakan bahwa ekstrak CO2 dari Zingiber officinale mengandung polyphenol yang menunjukkan kapasitas tinggi sebagai chelator sehingga dapat mencegah inisiasi radikal hidroksil yang diketahui sebagai pencetus terjadinya peroksidasi lipid, dengan demikian ekstrak CO2 dari jahe dapat digunakan sebagai antioksidan. Gugus hidroksi fenolik dehidrozingeron mempunyai aktivitas antioksidan melalui penangkapan radikal hidroksi (Nugroho et al., 2006).

Manfaat Kunyit (Curcuma dosmetica)

Diantara semua genus Curcuma, kunyit merupakan jenis yang paling banyak kegunaanya. Menurut (Rukmana,1995) manfaat kunyit antara lain: sebagai bahan bumbu dalam berbagai masakan, bahan pembuatan ramuan untuk mengobati berbagai jenis penyakit pada manusia, bahan baku industri jamu dan kosmetika, bahan penunjang industri teknik dan kerajinan. Sedangkan menurut (Sastroamidjojo, 1988) kunyit mempuyai khasiat sebagai penghilang gatal, antipasmodikum, radang gusi, obat radang selaput mata, obat sesak napas, obat sakit perut, astrigentia, dan analgetia.

Kunyit dapat digunakan sebagai obat luar maupun dalam. Kunyit sebagai obat luar berfungsi untuk mengobati eksim, bengkak dan rematik, bengkak karena digigit serangga atau gatal-gatak karena ulat bulu, dan memperlancar air susu ibu (ASI). Sedangkan kunyit sebagai obat dalam, yaitu kunyit digunakan untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan, seperti panas dalam, demam, diare, gusi bengkak, kencing manis, kencing batu, hepatitis, dan untuk membersihkan rahim baik pada wanita yang baru melahirkan maupun setelah mendapat haid (Sinaga, 2006).

Salah satu manfaat kunyit yang banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta sebagai pembersih darah. (Hartati & Balittro, 2013).

Manfaat Tanaman Lengkuas (Alpinia galangal)

Lengkuas mengandung anti-inflamasi, meringankan peradangan pada perut atau bisul, mencegah mabuk laut dan mual, sebagai anti-oksidan, meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, meringankan diare. kudis, panu, dan menghilangkan bau mulut (Atjung, 1990). Salah satu tanaman yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri adalah tanaman lengkuas (Languas galangal (L.) Stuntz). Pada hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan, ditemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung golongan senyawa flavonoid, fenol, dan terpenoid memiliki khasiat sebagai antijamur dan antibakteri (Yurahmen, 2002). Fenol bekerja dengan cara denaturasi protein sel, merusak dinding sel bakteri. Dan dapat meracuni protoplasma bakteri sehingga menyebabkan pengumpulan protein.

Mekanisme koagulasi dan denaturasi protein protoplasma bakteri karena adanya ikatan antara fenol dan bakteri melalui proses adsobsi fenol oleh sel bakteri, adsorbsi ini melibatkan ikatan hydrogen, bila ikatan hydrogen rendah, maka kompleks antara protein sel bakteri dan fenol akan lemah dan akhirnya terurai sehingga menyebabkan penetrasi fenol ke sel bakteri dan menimbulkan presipitasi dan denaturasi sel bakteri, akhirnya bakteri akan lisis dan adanya kebocoran sel. Kerusakan dinding sel bakteri terjadi karena dinding sel yang tersususn atas polipeptidoglikan akan dirusak oleh fenol. Kerusakan ini menyebabkan tekanan osmotik dalam sel lebih tinggi dari pada diluar sel sehingga bakteri menjadi lisis (Indosian Journal Of Dentistry, 2005).

Manfaat Kencur (Kaempferia galanga L.)

Kencur (Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus, rokok pada industri rokok kretek. Secara empiric kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit perut (Pujiharti, 2012). Kencur juga juga memiliki bermacam-macam kegunaan lain, diantaranya sebagai antibakteri, antifungi, analgesik, anti-inflamasi, antioksidan, antivirus, antihipertensi, antikarsinogenik, antinosiseptif, antituberkulosis dan larvasida. Minyak atsiri rimpang kencur juga digunakan sebagai bahan parfum, obat-obatan, dan untuk aromaterapi inhalan dan pijat untuk mengurangi kecemasan, stres, dan depresi (Kumar, 2014).


 

BAB IV

PENUTUP

 

 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan:

1.      Beberapa macam tumbuhan zingiberaceae yang dapat digunakan sebagai obatobatan diantaranya jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma dosmetica), lengkuas (Alpinia galanga), kencur (Kaempferia galanga  L), temulawak (Curcuma xanthorrhiza),

2.      Zingiberaceae dapat digunakan mengobati radang telinga tengah, mengobati dermatitis, mengobati hepatitis, mengobati impotensi. Mengobati katarak, mengobati batu ginjal, mengobati radang ginjal, mengobati radang vagina, mengobati kelenjar prostat. Mengobati kemandulan, mengobati ejakulasi dini