ZINGIBERACEAE
BAB I
PENDHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang terletak di kawasan tropis yang memiliki keanekaragaman hayati sangat melimpah. Keanekaragaman hayati Indonesia mencapai 325.350 jenis tumbuhan dan hewan. Di antara jumlah jenis tumbuhan tersebut, lebih dari 8000 jenis merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai obat, dan 800-1200 jenis diantaranya telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk obat tradisional, salah satunya adalah anggota famili Zingiberaceae. Famili Zingiberaceae merupakan salah satu kelompok tumbuhan penting karena keunggulannya yang dapat digunakan sebagai obat bernilai ekonomi tinggi. Rhizome tanaman yang tergolong famili ini mengandung amilum dan minyak atsiri. Masyarakat di kabupaten Banyuwangi umumnya mengenal tumbuhan anggota famili Zingiberaceae sebagai tumbuhan obat tradisional. Masyarakat Banyuwangi telah membudidayakan famili Zingiberaceae tersebut sebagai tanaman obat keluarga (TOGA).
Hasil penelitian didapatkan 19 jenis anggota famili Zingiberaceae yang terdiri dari 6 genus. Genus yang paling panyak ditemukan anggota jenisnya adalah genus Curcuma dengan 10 jenis, yang diikuti oleh genus Zingiber dengan 3 jenis, Amomum, Kaempferia masing-masing 2 jenis dan genus Alpinia, Boesenbergia masing-masing 1 jenis. Jenis-jenis tersebut adalah Temu blobo (Curcuma aurantiaca v. Zijp), Temu giring (Curcuma heyneana Valeton & Zijp), Temu poh (Curcuma manga Valeton & Zijp), Kunyit warna tua (Curcuma angustifolia Roxb.), Kunyit warna muda (Curcuma domestica Valeton), Temu blenyek (Curcuma purpurescens Blume), Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), temu ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.), Temu putih (Curcuma zedoaria (Berg) Rosc), Temu putri (Curcuma petiolata Valeton), Lempuyang (Zingiber zerumbet (L.), Lengkuas (Alpinia galanga (L.) Stuntz), Temu Kunci (Boesenbergia pandurata Roxb.), Bangle (Zingiber purpureum Roscoe), Kencur (Kaempferia galanga Linn), Kapulaga (Amomum compactum Roxb.), Jahe (Zingiber officinale Roxb.), Kunci pepet (Kaempferia rotunda L), Wresah (Amomum daelbatum Roxb.). Anggota famili Zingiberaceae umumnya oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai obat gangguan pencernaan, obat cacing, penambah nafsu makan, hepatitis dan infeksi bakteri. Ada tiga jenis tumbuhan anggota famili Zingiberaceae yang belum dimanfaatkan sebagai obat oleh masyarakat Banyuwangi yaitu Temu blobo (Curcuma aurantiaca v. Zijp), Temu blenyek (Curcuma purpurescens Blume) dan Wresah (Amomum daelbatum Roxb.).
Zingiberaceae secara umum dikenal oleh masyarakat indonesia sebagai tumbuhan jahe-jahean. Tumbuhan ini banyak dimanfaatkan antara lain sebagai bumbu masak, obat, bahan rempah-rempah, tanaman hias, bahan kosmetik, bahan minuman, bahan tonik rambut, dan sebagainya ( Lawrence, 1964:428).
Anggota suku ini memiliki ciri khas pada rizhomnya yang mengandung minyak menguap dan berbau aromatik. Zingiberaceae merupakan terna berumur panjang. Mempunyai rizhom yang membengkak seperti umbi dengan akar-akar yang tebal dan seringkali mempunyai ruang-ruang yang terisi dengan minyak menguap. Daun tersusun sebagai rozet akar atau berseling pada batang, bangun lanset atau jorong, bertulang menyirip atau sejajar. Tangkai daun beralih menjadi pelepah yang membelah kadang mempunyai lidah-lidah. Pelepah daun saling membalut dengan eratnya, sehingga kadang-kadang merupakan batang semu (Tjitrosoepomo, 1994:422).
Zingiberaceae merupakan salah satu tumbuhan yang banyak ditemukan pada kawasan hutan tropis, terutama Indo-Malaya. Zingiberaceae ini belum diketahui secara pasti berapa jumlah jenisnya, menurut Pandey (2003), terdapat sekitar 50 persen dari total genera famili Zingiberaceae ini ditemukan di hutan tropis. Zingiberaceae dapat hidup dari dataran rendah sampai pada ketinggian lebih dari 2000 mdpl terutama di daerah dengan curah hujan yang tinggi. Menurut Larsen et al (1999), sejauh ini daerah yang kaya Zingiberaceae adalah wilayah Malesiana, Indonesia, Brunei, Singapura, Philipina dan Papua. Kita ketahui bahwa daerah yang luas seperti sumatra dan borneo masih sangat belum diketahui dan diselidiki lebih dalam lagi untuk flora gingernya. Oleh karena itu banyak jenis baru yang dipastikan akan ditemukan pada tahun yang akan datang.
Masyarakat dari berbagai etnis telah memanfaatkan suku Zingiberaceae sebagai bahan obat tradisional . Adapun bagian yang digunakan sebagai bahan obat sebagian besar adalah rhizome dari tanaman tersebut, sedangkan cara pengobatannya bermacam-macam antara lain direbus atau dibuat jamu dan diambil airnya untuk diminum, diambil sarinya dengan cara diparut kemudian diminum airnya atau dioleskan pada bagian tubuh yang diobati yaitu bagian perut, kening atau bagian lainnya dan ada juga yang langsung dimakan misalnya rhizome kencur (Kuntorini, 2005). Contoh jenis zingiberaceae yang bernilai ekonomi yaitu Hedychium coronarium Koen. Merupakan tumbuhan herba dalam rumoun yang padat, tinggi 1,5-3m, mempunyai rizhome yang pipih, berwarna putih dan lunak. Bunga majemuk besar dan berbunga terus-menerus sehingga sering digunakan untuk tanaman hias. Bunga berwarna putih dan berbau harum. Pangkal batang bila dikunyah akan mengeluarkan cairan yang dapat menyembuhkan sakit amandel atau tenggorokan. Batangnya sangat baik untuk membuat kertas (Hasliza, 1999).
1.2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja jenis-jenis tumbuan anggota famili Zingiberaceae?
2. Apakah Zingiberaceae dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat-obatan?
3. Apa saja kandungan-kandungan yang terdapa pada Zingiberaceae?
4. Apa saja bagian Zingiberaceae yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan?
5. Apa saja jenis-jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan tanaman Zingiberaceae?
1.3. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan anggota family Zingiberaceae.
2. Untuk mengetahui apakah Zingiberaceae dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat-obatan.
3. Untuk mengetahui kandungan-kandungan yang terdapat pada Zingiberaceae.
4. Untuk mengetahui bagian Zingiberaceae yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan.
5. Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang dapat disembuhkan dengan tanaman Zingiberaceae
1.4. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberi wawasan mengenai jenis-jenis, kandungan, serta bagian-bagian dari tumbuhan anggota family Zingiberacee yang dapat berpotensi sebagai obat tradisional pada beberapa jenis penyakit tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Zingiberaceae adalah
kelompok tumbuhan herba menahun. Beberapa jenis dapat tumbuh mencapai tinggi 10
m seperti Alpinia bola dari Pulau Fiji, jenis lainnya seperti Kaempferia, hanya
dapat tumbuh beberapa cm di atas permukaan tanah. Globba merupakan genus yang
berperawakan kecil dengan tinggi kurang dari satu meter. Tumbuhan Zingiberaceae terdiri
atas bagian akar, batang, daun, bunga dan buah (Pandey, 2003; William et al.,
2004; Larsen & Larsen, 2006).
Akar
biasanya saling berhubungan dan berair. Beberapa tumbuhan dengan umbi yang
ramping atau kecil seperti pada Curcuma, kadang-kadang berbentuk benang seperti
pada genus Globba (Pandey, 2003). Semua jenisnya memiliki rimpang (batang yang
biasanya tumbuh secara horizontal di sepanjang permukaan atau di dalam tanah
yang menghasilkan akar dan daun). Rimpangnya dapat panjang dan lurus seperti
kebanyakan Hedychium, atau dapat juga bercabang seperti pada Zingiber.
Pada jenis seperti Boesenbergia, Kaempferia, Globba dan
jenis lainnya yang berukuran kecil rimpang kebanyakan pendek. Bagian ujung dari
rimpang atau percabangan tumbuh ke atas dan menjadi batang yang berdaun. Pada
beberapa jenis seperti Amomum, Geostachys dan Hornstedtia rimpang tumbuh di
atas permukaan tanah dengan didukung stilt root. Pada beberapa jenis rimpang
tumbuh lebih dari satu meter dari lantai hutan (Kress et al., 2002; Larsen
& Larsen, 2006; Poulsen, 2006).
Batang
terdiri dari batang tegak dan rimpang yang tumbuh dari batang tegak memanjang
secara horizontal di permukaan tanah. Daun tersusun berselang-seling dengan
pelepah yang tersusun sedemikian rupa sehingga membentuk batang semu (Nurainas
& Yunaidi, 2006).
Daun
tunggal tersusun berselang-seling dalam dua baris, dengan pelepah yang menutupi
batang, dengan atau tanpa tangkai daun (petioles), selain itu juga lidah daun
(ligula) pada pertemuan antara helaian daun (lamina) dengan tangkai daun atau
antara helaian daun dengan pelepah daun (vagina). Bentuk dan ukuran ligula
berbeda-beda pada setiap genera. Bentuk bangun daun lanset, bulat telur atau
memanjang dengan satu ibu tulang daun (midrib). Pertulangan daun menyirip yang
sejajar satu dengan yang lainnya (Henderson, 1954; Pandey, 2003).
Letak
perbungaan terminal atau muncul langsung dari rimpang, atau dari ujung batang,
mempunyai braktea primer yang tersusun saling tumpang tindih. Bunga tersusun
berkelompok atau soliter pada ketiak braktea primer, dengan atau tanpa braktea
sekunder; bunga mekar biasanya bertahan satu hari atau kurang.
Bunga mirip dengan bunga anggrek, meskipun
kebanyakan berbeda dengan anggrek, memiliki masa berbunga yang singkat. Bunga
biseksual, zigomorf, epiginius. Calyx berbentuk tabung, biasanya bergigi tiga.
Corolla ada tiga yang bagian pangkalnya bersatu sehingga membentuk tabung.
Hanya
ada satu anther fertil; yang lainnya hilang atau tereduksi menjadi apendage
steril yang selalu menjadi bagian labellum; terkadang dua struktur lain
(lateral staminode) dapat berbentuk seperti petal atau gigi kecil.
Stamen
berada dalam dua lingkaran tetapi hanya stamen adaksial dari lingkaran dalam
yang fertil, dua stamen lain dari lingkaran dalam steril, bersatu membentuk
petaloid staminodium yang disebut labellum, dua stamen dari lin karan luar
menjadi petaloid staminodium yang lebih kecil, sedangkan satu stamen lagi
hilang. Ginaesium dengan tiga karpel, ovarium inferus, satu atau tiga ruang,
ovul banyak. Stilus memanjang, umumnya terletak di antara kedua teka dari
anther, di atas ovarium terdapat dua kelenjar nektar (Nurainas & Yunaidi,
2006; Poulsen, 2006).
Buahnya
berbentuk kapsul, kering atau berdaging, terkadang seperti buah beri dan
kadang-kadang terbuka menjadi tiga bagian. Warna beraneka macam dengan
permukaan licin, kasap, berambut atau berduri. Biji sedikit sampai banyak,
bulat atau berusuk, berwarna coklat, hitam atau putih, mempunyai salut biji
(aril) yang berdaging, biasanya berlobus atau terbelah, berwarna putih orange,
atau merah untuk menarik perhatian hewan penyebar biji-bijinya. Endospermnya
banyak (Larsen & Larsen, 2006; Poulsen, 2006).
2.1. Jahe (Zingiber
officinale)
Indonesia sangat kaya dengan sumber daya flora. Di Indonesia, terdapat
sekitar 30.000 spesies tanaman, 940 spesies di antaranya dikategorikan sebagai
tanaman obat dan 140 spesies di antaranya sebagai tanaman rempah. Dari sejumlah
spesies tanaman rempah dan obat, beberapa di antaranya sudah digunakan sebagai
obat tradisional oleh berbagai perusahaan atau pabrik jamu. Dalam masyarakat
Indonesia, pemanfaatan obat tradisional dalam sistem pengobatan sudah membudaya
dan cenderung terus meningkat. Salah satu tanaman rempah dan obat-obatan yang
ada di Indonesia adalah jahe (Rukmana, 2000).
Nama ilmiah jahe adalah Zingiber officinale Rosc. Kata Zingiber berasal
dari bahasa Yunani yang pertama kali dilontarkan oleh Dioscorides pada tahun 77
M. Nama inilah yang digunakan Carolus Linnaeus seorang ahli botani dari Swedia
untuk memberi nama latin jahe (Anonimus, 2007).
Menurut para ahli, jahe (Zingiber officinale Rosc.) berasal dari Asia
Tropik, yang tersebar dari India sampai Cina. Oleh karena itu, kedua bangsa itu
disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe, terutama
sebagai bahan minuman, bumbu masakan, dan obat-obatan tradisional. Belum
diketahui secara pasti sejak kapan mereka mulai memanfaatkan jahe, tetapi
mereka sudah mengenal dan memahami bahwa minuman jahe cukup memberikan
keuntungan bagi hidupnya (Santoso, 1994).
Klasifikasi Jahe (Zingiber officinale)
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) termasuk dalam ordo Zingiberales,
famili Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Simpson, 2006). Kedudukan tanaman
jahe dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc.
(Rukmana, 2000).
Morfologi Jahe (Zingiber officinale)
Tanaman jahe merupakan terna tahunan, berbatang semu dengan tinggi
antara 30 cm - 75 cm. Berdaun sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang
15 cm – 23 cm, lebar lebih kurang 2,5 cm, tersusun teratur dua baris berseling.
Tanaman jahe hidup merumpun, beranak-pinak, menghasilkan rimpang dan berbunga.
Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu: jahe besar (jahe gajah) yang ditandai dengan ukuran rimpang yang besar,
berwarna muda atau kuning, berserat halus dan sedikit beraroma maupun berasa
kurang tajam; jahe putih kecil (jahe emprit) yang ditandai dengan ukuran
rimpang yang termasuk kategori sedang, dengan bentuk agak pipih, berwarna
putih, berserat lembut, dan beraroma serta berasa tajam; jahe merah yang
ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga, berserat
kasar, beraroma serta berasa sangat tajam (Rukmana, 2000).
2.2. Kunyit (Curcuma
dosmetica)
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan
(perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan
liar disekitar hutan/bekas kebun. Diperkirakan berasal dari Binar pada ketinggian
1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari India. Kata
Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada tahun 77-78 SM,
Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai jahe, tetapi pahit,
kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun. Tanaman ini banyak
dibudidayakan di Asia Selatan khususnya di India, Cina Selatan, Taiwan,
Indonesia, dan Filipina. Beberapa penelitian membutikkan bahwa tanaman sangat
potensial sebagai obat (diuretika, tonik dan aphrodisiaka), serta arah
pengembangan obat tradisional (jamu) di Indonesia untuk menghasilkan
fitofarmaka (Anonim, 2010).
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan
dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur
(lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip
dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari
pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5
cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang
rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga
kekuning-kuningan (Hartati & Balittro., 2013).
Rimpang kunyit bercabang-cabang sehingga membentuk rimpun. Rimpang
berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa batang yang berada
didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk atau umbi kunyit dan
tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi tunas yang
tumbuh kearah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku-buku pendek,
lurus atau melengkung. Jumlah tunas umumnya banyak. Tinggi anakan mencapai
10,85 cm (Winarto, 2004).
Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang agak kuning kehitaman.
Warna daging rimpangnya jingga kekuningan dilengkapi dengan bau khas yang
rasanya agak pahit dan pedas. Rimpang cabang tanaman kunyit akan berkembang
secara terus menerus membentuk cabang-cabang baru dan batang semu, sehingga
berbentuk sebuah rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10 cm. panjang rimpang bias
mencapai 22,5 cm. tebal rimpang yang tua 4,06 cm dan rimpang muda 1,61 cm.
rimpang kunyit yang sudah besar dan tua merupakan bagian yang dominan sebagai
obat (Winarto, 2004).
Klasifikasi Kunyit (Curcuma dosmetica)
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zungiberaceae
Genus : Curcuma
Species :
Curcuma domestica Val ( Anonim, 2007).
Morfologi Kunyit (Curcuma dosmetica)
Batang Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak atau pelepah daun yang saling menutupi. Batang
kunyit bersifat basah karena mampu menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat
dan berwarna hijau keunguan. Tinggi batang kunyit mencapai 0,75-1 m (Winarto,
2004). Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun dan helai daun.
Panjang helai daun antara 31-83 cm. lebar daun antara 10-18 cm. Daun kunyit
berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar. Pertulangan daun
rata dan ujung meruncing atau melengkung menyerupai ekor. Permukaan daun
berwarna hijau muda. Satu tanaman mempunyai 6-10 daun (Winarto, 2004). Bunga
kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda dengan pangkal
berwarna putih. Setiap bunga mempunyai tiga lembar kelopak bunga, tig lembar
tajuk bunga dan empat helai benang sari. Salah satu dari keempat benang sari
itu berfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu, ketiga benang sari lainnya
berubah bentuk menjadi heli mahkota bunga (Winarto, 2004).
2.3. Lengkuas (Alpinia
galangal)
Lengkuas atau laos adalah rempah-rempah populer dalam tradisi boga dan
pengobatan tradisional Indonesia maupun Asia Tenggara lainnya. Bagian yang
dimanfaatkan adalah rimpangnya yang beraroma khas. Masyarakat menggunakan
lengkuas sebagai pewangi dan penambah cita rasa masakan. Selain itu, rimpang
mudanya banyak dimanfaatkan sebagai sayuran dan lalapan. Dalam bidang
pengobatan, lengkuas digunakan sebagai antiseptik, pencegah kangker,
antialergi, antijamur, dan antioksidan. Selain itu, digunakan sebagai obat
panu, pelancar haid, diuretik,memperkuat lambung, meningkatkan nafsu makan, dan
sebagai penyegar (Suranto, 2004).
Lengkuas banyak mengandung oleoresin yang terdiri dari komponen damar
dan minyak atsiri. Selain itu, lengkuas mengandung komponen flavonol, yang
terdiri dari galangin, kaemferol, kuersetin, dan miliselin. Komponen lainnya
adalah à-pinen, 1,8- sineol, limonen, terpineol, kaemferol, kuarsetin, dan
miristin (Suranto, 2004).
Klasifikasi Lengkuas (Alpinia galangal)
Lengkuas atau laos (Alpinia galanga, L) termasuk dalam famili
Zingiberaceae. Ada dua jenis lengkuas, yaitu lengkuas putih dan merah yang bisa
digunakan sebagai bumbu penyedap dan obat. Dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan, tanaman lengkuas diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh )
Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji )
Divisi : Magniliophyta ( Tumbuhan
berbunga )
Kelas : Liliopsida ( Berkeping satu/
monokotil )
Sub kelas : Commelinidae
Famili : Zingiberaceae Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga L. Swartz
Rimpang lengkuas di beberapa daerah disebut dengan laja (Sunda) atau
langkueh (Minang). Tanaman ini asli Asia Tenggara dan Indonesia, serta
dibudidayakan di Malaysia, Laos, dan Thailand. Tanaman yang masa panennya
dilakukan pada umur 7 tahun ini, membutuhkan cahaya matahari penuh untuk
pertumbuhannya (Azwar, 2010).
Morfologi Lengkuas (Alpinia galangal)
Morfologi lengkuas merah secara umum terdiri atas struktur rimbang,
batang, daun, bunga, buah dan biji. Batang lengkuas merah merupakan batang
Semu, tegak, masif, terdiri dari pelepah daun hijau kemerahan dengan tinggi 1 –
2 m. Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna merah dengan bau
menyengat. Daun tunggal, duduk dalam roset akar, lanset, ujung runcing, pangkal
tumpul dengan panjang 30 – 90 cm dan lebar 5 – 15 cm, pertulangan menyirip
berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin dua, di ujung batang berkelopak
hijau, mahkota merah. Buah berbentuk kotak, bulat dengan warna hijau dan biji
bulat berwarna hitam (Suranto, 2004).
2.4. Kencur (Kaempferia galangal)
Kencur merupakan salah satu
tanaman rempah atau hal ini bisa dijadikan sebagai bahan penyadap dari
sebuah makanan maupun obat-obatan secara herbal. Tanaman kencur pada dasarnya
telah memiliki berbagai manfaat. Bahkan fungsi dari tanaman kencur ini dapat
membantu seseorang dalam meredakan batuk anda. Selain itu, ternyata tanaman
kencur ini mampu menghilangkan rasa stress. Tanaman kencur ini mampu menghilangkan rasa
cemas, stress dan juga depresi yang berlebihan. Tanaman kencur menjadi salah
satu tanaman yang mudah untuk membudidayakan tanaman kencur.
Klasifikasi Kencur (Kaempferia galangal)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Kaempferia L.
Jenis : Kaempferia galanga L.
(USDA, 2010)
Morfologi Kencur (Kaempferia galangal)
Kencur
merupakan terna tahunan, berbatang basal tidak begitu tinggi, lebih kurang 20
cm dan tumbuh dalam rumpun. Daun tunggal, berwarna hijau dengan pinggir merah
kecoklatan bergelombang. Bentuk daun jorong lebar sampai bundar, panjang 7-15
cm, lebar 2-8 cm, ujung runcing, pangkai berlekuk, dan tepinya rata. Permukaan
daun bagian atas tidak berbulu, sedangkan bagian bawah berbulu halus. Tangkai
daun pendek, berukuran 3-10 cm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5
cm, berwarna putih. Jumlah daun tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan
berhadapan (Damayanti, 2008).
Bunga
tunggal, bentuk terompet, panjang sekitar 2,5-5 cm. Benang sari panjang sekitar
4 mm, berwarna kuning. Putik berwarna putih atau putih keunguan. Bunga tersusun
setengah duduk, mahkota bunga berjumlah 4-12 buah dengan warna putih lebih
dominan. Tanaman kencur berbeda dengan famili Zingiberaceae lainnya, yaitu
daunnya merapat ke permukaan tanah, batangnya pendek, akar serabut berwarna
coklat kekuningan, rimpang pendek berwarna coklat, berbentuk jari dan tumpul,
bagian luarnya atau kulit rimpangnya berwarna coklat mengkilat, memiliki aroma
yang spesifik, bagian dalamnya berwarna putih dengan daging lunak, dan tidak
berserat (Damayanti, 2008).
2.5. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Tanaman temulawak (Curcuma zanthorrihiza L.) merupakan tanaman asli
Indonesia yang tumbuh liar di hutan-hutan jati di Jawa dan Madura. Tumbuhan
semak berumur tahunan, batang semunya terdiri dari pelepah-pelepah daun yang
menyatu, mempunyai umbi batang. Tinggi tanaman antara 50-200 cm, bunganya
berwarna putih kemerah-merahan atau kuning bertangkai 1,5-3 cm berkelompok 3
sampai 4 buah. Tumbuhan ini tumbuh subur pada tanah gembur, dan termasuk jenis
temu-temuan yang sering berbunga. Panen dapat dilakukan pada umur 7-12 bulan
setelah tanam atau daun telah menguning dan gugur. Sebagai bahan tanaman untuk
bibit digunakan tanaman sehat berumur 12 bulan (Hayani, 2006).
Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun dengan habitus
mencapai ketinggian 2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman ini terdiri atas beberapa
anakan dan tiap anakan memiliki 2-9 helai daun. Daun temulawak bentuknya
panjang dan agak lebar. Panjang daunnya sekitar 50-55 cm dan lebar ± 18 cm.
Warna bunga umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua dan pangkal bunganya
berwarna ungu. Rimpang temulawak bentuknya bulat seperti telur dengan warna
kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning kotor. Warna daging
rimpang adalah kuning dengan cita rasa pahit, berbau tajam dan keharumannya sedang.
Untuk sistem perakaran tanaman temulawak termasuk tanaman yang berakar serabut
dengan panjang akar sekitar 25 cm dan letaknya tidak beraturan (Anonymous,
2013).
Klasifikasi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Menurut klasifikasi dalam tata nama ( sistematika ) tumbuhan, tanaman
temulawak (Curcuma zanthorrhiza L.) termasuk ke dalam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Familia : Zingiberceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zanthorrhiza L.
(Anonymous, 2011).
Morfologi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Batang temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh
merumpun. Tanaman ini berbatang semu dan habitusnya dapat mencapai ketinggian
2-2,5 meter. Tiap rumpun tanaman terdiri atas beberapa tanaman (anakan), dan
tiap tanaman memiliki 2-9 helai daun.
Daun tanaman temulawak bentuknya panjang dan agak lebar.
Lamina daun dan seluruh ibu tulang daun bergaris hitam. Panjang daun sekitar
50-55 cm, lebarnya + 18 cm, dan setiap helai daun melekat pada tangkai daun
yang posisinya saling menutupi secara teratur. Daun berbentuk lanset memanjang
berwana hijau tua dengan garis–garis coklat. Habitus tanaman dapat mencapai
lebar 30-90 cm, dengan jumlah anakan perumpun antara 3-9 anak.
Bunga tanaman temulawak dapat berbunga terus-menerus
sepanjang tahun secara bergantian yang keluar dari rimpangnya (tipe erantha),
atau dari samping batang semunya setelah tanaman cukup dewasa. Warna bunga
umumnya kuning dengan kelopak bunga kuning tua, serta pangkal bunganya berwarna
ungu. Panjang tangkai bunga ± 3 cm dan rangkaian bunga (inflorescentia)
mencapai 1,5 cm. Dalam satu ketiak terdapat 3-4 bunga.
Rimpang induk temulawak bentuknya bulat seperti telur, dan
berukuran besar, sedangkan rimpang cabang terdapat pada bagian samping yang
bentuknya memanjang. Tiap tanaman memiliki rimpang cabang antara 3-4 buah.
Warna rimpang cabang umumnya lebih muda dari pada rimpang induk.
Warna kulit rimpang sewaktu masih muda maupun tua adalah
kuning kotor, atau coklat kemerahan. Warna daging rimpang adalah kuning atau
orange tua, dengan cita rasa yang pahit, atau coklat kemerahan berbau tajam,
serta keharumannya sedang. Rimpang terbentuk dalam tanah pada kedalaman ±16 cm.
Tiap rumpun tanaman temulawak umumnya memiliki enam buah rimpang tua dan lima
buah rimpang muda.
Sistem perakaran tanaman temulawak termasuk akar serabut.
Akar-akarnya melekat dan keluar dari rimpang induk. Panjang akar sekitar 25 cm
dan letaknya tidak beraturan (Anonymous, 2014).
BAB III
PEMBAHASAN
Zingiberaceae termasuk salah satu suku dari
ordo Zingiberales yang semua anggotanya berupa herba perenial. Anggota suku ini
mempunyai ciri khas pada rhizomnya yang mengandung minyak menguap atau berbau
aromatik (Ernawati, 2001).
Zingiberaceae merupakan tumbuhan herba
perenial dengan rimpang yang mengandung minyak menguap hingga berbau aromatik.
Batang di atas tanah, seringkali hanya pendek dan mendukung bunga-bunga saja.
Daun tunggal, mempunyai sel-sel minyak menguap, tersusun dalam 2 baris ,
kadang-kadang jelas mempunyai 3 bagian berupa helaian tangkai dan upih, selain
itu juga memiliki lidah-lidah, helaian biasanya lebar dengan ibu tulang tebal
dan tulang-tulang cabang yang sejajar dan rapat satu dengan yang lain dengan
arah yang serong ke atas, tangkai daun pendek atau tidak ada, upih terbuka dan
tertutup, lidah-lidah pada batas antara helaian dengan tangkai atau antara
helaian dengan upih (Tjitrosoepomo, 2002).
Menurut Nurainas dan
Yunaidi (2008:89) letak
pembungaan Zingiberaceae terminal atau muncul langsung dari rhizom, atau dari
ujung batang, mempunyai braktea primer yang tersusun saling tumpang tindih.
Menurut Tjitrosoepomo, (2002:56), bunga terpisah-pisah, tersusun dalam bunga
majemuk tunggal dan berganda, kebanyakan banci, zigomorf atau asimetrik, hiasan
bunga dapat dibedakan dalam kelopak dengan 3 daun kelopak dan mahkota yang
terdiri atas 3 daun mahkota yang berlekatan, pada bagian bawahnya membentuk
suatu buluh dengan bentuk dan warna yang kadangkadang cukup atraktif, benang
sari 1 dengan 3-5 benang sari mandul yang kadangkadang bersifat seperti daun
mahkota, tangkai putik di ujung, tidak berbagi, bebas atau bergigi 2, bakal
buah tenggelam, beruang 3, jarang dengan 2 tembuni diketiak atau beruang 1
dengan tembuni pada dinding atau pada dasarnya, buah kendaga yang berkatup 3
atau berdaging tidak membuka. Bakal biji banyak, biji bulat atau berusuk,
mempunyai salut biji dan endosperm banyak. Berikut klasifikasi Zingiberaceae
yaitu:
Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.)
termasuk dalam famili temu-temuan (Zingiberaceae) dan satu famili dengan
temu-temuan lainnya, yaitu temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), temu hitam
(Curcuma aeruginosa), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga),
dan lengkuas (Lenguas galaga). Di sepanjang daerah tropis dan subtropis, famili
Zingiberaceae terdiri atas 47 genera dan 1.400 spesies. Genus Zingiber
melliputi 80 spesies yang salah satunya adalah jenis jahe yang paling penting
dan memiliki banyak manfaat. Nama Zingiber berasal dari bahasa Sansekerta “Singaberi”.
Kata “ Singaberi” dalam bahasa Sansekerta itu berasal dari bahasa Arab
“Zanzibil” atau bahasa yunani “Zingiberi”. Berdasarkan taksonomi tanaman, jahe
termasuk divisi Pteridophyta, subdivisi Angiosperma, kelas Monocotyledoneae,
ordo scitaminiae, famili Zingiberaceae, dan genus Zingiber (Tim Lantera,
2002:78).
Famili jahe-jahean (Zingiberaceae) memiliki
anggota lebih dari 1.200 spesies yang hampir seluruhnya tumbuh dihutan-hutan
tropis, terutama Asia tenggara. Di Borneo sendiri memiliki jahe lebih dari 200
spesies. Jumlah belum diketahui secara pasti dan masih belum dipublikasikan dan
banyak dibutuhkan sampai pada tingkat obat generik. Genus Costus memiliki
beberapa karakter yang berbeda dan ditempat ini dimasukan dalam famili
tersendiri. Taman Nasional Gunung Malu merupakan daerah dengan kawasan hutan
yang masih cukup luas dan kaya akan semua jenis tumbuhan begitu juga dengan
jahe-jahean ( Poulsen, 2006:89).
Sejak diciptannya manusia di permukaan
bumi, telah di ciptakan pula alam sekitarnya, dari sejak itu pula manusia mulai
mencoba memanfaatkan alam sekitar untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan
yang di hadapinya. Hal ini menunjukkan bahwa obat yang berasal dari sumber alam
khususnya tumbuhan zingiberaceae telah memperlihatkan peranannya dalam
penyelenggaraan upaya-upaya kesehatan masyarakat. Upaya pengobatan dengan
mempergunakan berbagai ramuan tanaman obat sudah dari dahulu dimanfaatkan oleh
masyarakat. Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman obat sebagai upaya mencegah
masalah kesehatan perlu dikembangkan dan ditingkatkan. Secara sederhana tanaman
obat dapat diartikan sebagai tanaman yang dapat di manfaatkan untuk penawar
dalam mengobati suatu penyakit. Tanaman obat berasal dari tumbuhan yang
mempunyai khasiat yang di ketahui secara ilmiah terbukti bermanfaat bagi
kesehatan dan juga dari penuturan dan pengalaman orang tua terdahulu (
Murhananto, dkk. 2002 : 4 ). Pada umumnya yang dimaksud dengan tumbuhan obat
yaitu semua jenis tumbuhan yang dapat di manfaatkan oleh orang, banyak
khasiatnya untuk dijadikan bahan dalam mengobati suatu penyakit (Dalimarta,
2003 : 8 ).
Beberapa macam tumbuhan zingiberaceae yang
dapat digunakan sebagai obatobatan diantaranya jahe (Zingiber officinale),
kunyit (Curcuma dosmetica), lengkuas (Alpinia galanga), kencur (Kaempferia
galanga L), kecombrang (Nicolaia
speciosa), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), lempuyang (Zingiber aromaticum
Vall), temu giring (Curcuma heyneane Val)
Kandungan kimia tumbuhan zingiberaceae.
Setiap tumbuhan mempunyai kandungan kimia. Kandungan kimia ada yang berkhasiat
sebagai obat ada juga yang bersifat sebagai racun Waluyono (2003 : 15).
Kandungan kimia
jahe (Zingiber officinale)
Jahe banyak mengandung berbagai fitokimia
dan fitonutrien. Beberapa zat yang terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri
2-3%, pati 20-60%, oleoresin, damar, asam organik, asam malat, asam oksalat,
gingerin, gingeron, minyak damar, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan musilago.
Minyak atsiri jahe mengandung zingiberol, linaloal, kavikol, dan geraniol.
Rimpang jahe kering per 100 gram bagian yang dapat dimakan mengandung 10 gram
air, 10-20 gram protein, 10 gram lemak, 40-60 gram karbohidrat, 2-10 gram
serat, dan 6 gram abu. Rimpang keringnya mengandung 1-2% gingerol (Suranto,
2004).
Kandungan
gingerol dipengaruhi oleh umur tanaman dan agroklimat tempat tumbuh tanaman
jahe. Gingerol juga bersifat sebagai antioksidan sehingga jahe bermanfaat
sebagai komponen bioaktif anti penuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi
melindungi lemak atau membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol,
dan meningkatkan kekebalan tubuh (Kurniawati, 2010).
Kandungan Kimia
Rimpang Kunyit (Curcuma dosmetica)
Kandungan kimia pada rimpang kunyit berbeda-beda,
tergantung daerah pertumbuhan serta kondisi pra panen dan pasca panen
(Purseglove et al., 1981). Rimpang kunyit yang tua biasanya mengandung pati,
protein, selulosa, beberapa mineral, kurkuminoid, dan minyak atsiri. Komponen
yang paling banyak pada kunyit adalah pati yang berkisar 40-50% (Purseglove et
al., 1981).
Faktor-faktor yang menentukan mutu kunyit
adalah kandungan pigmennya (kurkumin), nilai organoleptik dan penampakkan umum,
ukuran, dan bentuk fisik rimpangnya. Mutu tersebut dipengaruhi oleh faktor
intrinsik kultivar yang ditanam, umur rimpang waktu dipanen, penanganan,
pengolahan dan teknik sortasinya (Purseglove et al., 1981). Kukurminoid dan
minyak atsiri merupakan komponen utama yang menentukan mutu kunyit.
Kandungan Kimia
Lengkuas (Alpinia galanga L, Swart)
Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1%
minyak atsiri berwarna kuning kehijauan yang terdiri atas metil sinamat 48%,
sineol 20-30%, eugenol, kamfer 1%, seskuiterpen, d-pinen, galangin, dan lain-lain. Selain itu, rimpang
juga mengandung resin yang disebut galangol, kristal berwarna kuning yang
disebut kaemferida dan galangin, kadinen, heksabidrokadalen hidrat, kuersetin,
amilum, beberapa senyawa flavonoid, dan lain-lain (Azwar, 2010). Minyak atsiri
berwarna kehijauan yang mengandung methyl cinamate 48%, cineol 2-30%, kamfer,
d-pinen, galangin, dan eugenol (yang membuat pedas). Selain itu juga mengandung
sesquiterpene, camphor, galangol, cadinine, hydrate hexahydro cadalene, dan
kristal kuning (Fauzi, 2009).
Kandungan Kimia
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)
Rimpang kencur paling banyak mengandung
alkaloid dan minyak atsiri, yang terdiri atas sineol, asam sinamat, etil ester,
kamphene, paraeumarin dan asam anisat (Gendrowati, 2013).
Flavonoid menyebabkan perubahan komponen
organik dan transport nutrisi yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek
toksik terhadap jamur (Agrawal, 2011).
Senyawa alkaloid sebagai antibakteri mampu
menghambat sintesis dinding sel bakteri, jika dinding sel bakteri tidak
terbentuk dengan sempurna maka sel bakteri akan lisis dan hancur. Ekstrak
etanol rimpang kencur juga mengandung saponin dan steroid.
Saponin juga merupakan senyawa aktif yang
mempunyai aktivitas antifungi. Mekanisme kerja saponin sebagai antijamur adalah
menurunkan tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya permeabilitas atau
kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa
intraseluler akan keluar. Senyawa ini berdifusi melalui membran luar dan
dinding sel yang rentan, lalu mengikat membrane sitoplasma dan mengganggu dan
mengurangi kestabilan itu. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari sel
yang mengakibatkan kematian sel (Nuria dkk, 2009).
Senyawa steroid dapat mengakibatkan
kebocoran pada lisosom bakteri. Interaksi steroid dan membran fosfolipid
bakteri akan menyebabkan menurunnya integritas membrane dan terjadi perubahan
morfologi membran bakteri (Hayati et al., 2017).
Rimpang kering dari Kaempferia galanga L.
mengandung 2,5 sampai 4% minyak esensial yang banyak digunakan dalam penyedap
makanan, wewangian, dan obat-obatan. Penelitian barubaru ini menunjukkan
potensi antijamur, antibakteri, antibiofilm, antioksidan dan aktivitas
antitumor dari minyak esensial yaitu minyak atsiri yang diisolasi dari rimpang
Kaempferia galanga L (Kumar, 2014).
Ethyl cinnamate dan ethyl-p-methoxycinnamate
dan merupakan golongan ester yang memiliki peran sebagai nematisida,
antikanker, antituberkulosis, anti-inflamasi, antifungal and larvisida (Kumar,
2014).
Fungsi utama tumbuhan zingiberaceae adalah sebagai tempat penyimpanan
produk metabolisme (metabolit) tertentu. Rimpang menyimpan banyak minyak atsiri
dan alkaloid yang berkhasiat sebagai pengobatan. Rizoma yang membesar dan menjadi penyimpanan
cadangan makanan (biasanya dalam bentuk pati) dinamakan tuber (umbi batang) (Soenanto,
2005).
Manfaat jahe (Zingiber officinale)
Berkaitan dengan unsur kimia yang
dikandungnya, jahe dapat dimanfaatkan dalam berbagai macam industri, antara
lain sebagai berikut: industri minuman (sirup jahe, instan jahe), industri
kosmetik (parfum), industri makanan (permen jahe, awetan jahe, enting-enting
jahe), industri obat tradisional atau jamu, industri bumbu dapur (Prasetyo,
2003).
Selain bermanfaat di dalam industri, hasil
penelitian Kikuzaki dan Nakatani (1993) menyatakan bahwa oleoresin jahe yang
mengandung gingerol memiliki daya antioksidan melebihi α tokoferol, sedangkan
hasil penelitian Ahmed et al., (2000) menyatakan bahwa jahe memiliki daya
antioksidan yang sama dengan vitamin C.
Jahe memiliki rimpang yang kaya akan
kandungan poliphenol ternyata dapat melindungi tubuh dari berbagai polutan yang
ada di lingkungan. Efek antioksidan jahe juga dapat meningkatkan hormon
testosteron, LH dan melindungi testis tikus putih yang diinduksi oleh fungisida
mancozeb (Sakr et al., 2009).
Jahe yang digunakan sebagai bumbu dapur
ternyata juga dapat melindungi tubuh dari berbagai bahan kimia, hal ini dapat
dilihat bahwa jahe dapat menurunkan kadar glukosa darah, kolesterol dan
triasilglyserol pada mencit yang diinduksi oleh streptozotocin (Al amin et al.,
2006) dan juga menurunkan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi oleh
aloksan (Olayaki et al., 2007).
Rimpang jahe juga bersifat nephroprotektif
terhadap mencit yang diinduksi oleh gentamisin, dimana gentamisin meningkatkan
reactive oxygen species (ROS) dan jahe yang mengandung flavonoid dapat
menormalkan kadar serum kreatinin, urea dan asam urat pada tikus percobaan
(Laksmi dan Sudhakar, 2010).
Minuman jahe selama 30 hari, memberikan
hasil bahwa minuman jahe dapat menurunkan kadar MDA plasma dan meningkatkan
kadar vitamin E plasma dibandingkan kelompok kontrol yang tidak diberi minuman
jahe, dari hasil ini menyatakan bahwa jahe berperan sebagai antioksidan dalam
proses peroksidasi lipid dimana dapat diukur dari kadar MDA plasma (Zakaria et
al., 2000). Ekstrak jahe ternyata dapat sebagai radioproteksi dengan menurunkan
kadar enzim GPx dan MDA plasma mencit yang diradiasi oleh fast neutron (Nabil
et al., 2009).
Stoilova et al., (2007) menyatakan bahwa
ekstrak CO2 dari Zingiber officinale mengandung polyphenol yang menunjukkan
kapasitas tinggi sebagai chelator sehingga dapat mencegah inisiasi radikal
hidroksil yang diketahui sebagai pencetus terjadinya peroksidasi lipid, dengan
demikian ekstrak CO2 dari jahe dapat digunakan sebagai antioksidan. Gugus
hidroksi fenolik dehidrozingeron mempunyai aktivitas antioksidan melalui
penangkapan radikal hidroksi (Nugroho et al., 2006).
Manfaat Kunyit
(Curcuma dosmetica)
Diantara semua genus Curcuma, kunyit
merupakan jenis yang paling banyak kegunaanya. Menurut (Rukmana,1995) manfaat
kunyit antara lain: sebagai bahan bumbu dalam berbagai masakan, bahan pembuatan
ramuan untuk mengobati berbagai jenis penyakit pada manusia, bahan baku
industri jamu dan kosmetika, bahan penunjang industri teknik dan kerajinan.
Sedangkan menurut (Sastroamidjojo, 1988) kunyit mempuyai khasiat sebagai
penghilang gatal, antipasmodikum, radang gusi, obat radang selaput mata, obat
sesak napas, obat sakit perut, astrigentia, dan analgetia.
Kunyit dapat digunakan sebagai obat luar
maupun dalam. Kunyit sebagai obat luar berfungsi untuk mengobati eksim, bengkak
dan rematik, bengkak karena digigit serangga atau gatal-gatak karena ulat bulu,
dan memperlancar air susu ibu (ASI). Sedangkan kunyit sebagai obat dalam, yaitu
kunyit digunakan untuk mengobati berbagai gangguan kesehatan, seperti panas
dalam, demam, diare, gusi bengkak, kencing manis, kencing batu, hepatitis, dan
untuk membersihkan rahim baik pada wanita yang baru melahirkan maupun setelah
mendapat haid (Sinaga, 2006).
Salah satu manfaat kunyit yang banyak
digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan,
mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Manfaat utama
tanaman kunyit, yaitu: sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu
dan kosmetik, bahan bumbu masak, peternakan dll. Disamping itu rimpang tanaman
kunyit itu juga bermanfaat sebagai anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba,
pencegah kanker, anti tumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol,
serta sebagai pembersih darah. (Hartati & Balittro, 2013).
Manfaat Tanaman
Lengkuas (Alpinia galangal)
Lengkuas mengandung anti-inflamasi,
meringankan peradangan pada perut atau bisul, mencegah mabuk laut dan mual,
sebagai anti-oksidan, meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, meringankan
diare. kudis, panu, dan menghilangkan bau mulut (Atjung, 1990). Salah satu
tanaman yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri adalah tanaman
lengkuas (Languas galangal (L.) Stuntz). Pada hasil penelitian terdahulu yang telah
dilakukan, ditemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung golongan senyawa
flavonoid, fenol, dan terpenoid memiliki khasiat sebagai antijamur dan
antibakteri (Yurahmen, 2002). Fenol bekerja dengan cara denaturasi protein sel,
merusak dinding sel bakteri. Dan dapat meracuni protoplasma bakteri sehingga menyebabkan
pengumpulan protein.
Mekanisme koagulasi dan denaturasi protein
protoplasma bakteri karena adanya ikatan antara fenol dan bakteri melalui
proses adsobsi fenol oleh sel bakteri, adsorbsi ini melibatkan ikatan hydrogen,
bila ikatan hydrogen rendah, maka kompleks antara protein sel bakteri dan fenol
akan lemah dan akhirnya terurai sehingga menyebabkan penetrasi fenol ke sel
bakteri dan menimbulkan presipitasi dan denaturasi sel bakteri, akhirnya bakteri
akan lisis dan adanya kebocoran sel. Kerusakan dinding sel bakteri terjadi
karena dinding sel yang tersususn atas polipeptidoglikan akan dirusak oleh
fenol. Kerusakan ini menyebabkan tekanan osmotik dalam sel lebih tinggi dari
pada diluar sel sehingga bakteri menjadi lisis (Indosian Journal Of Dentistry,
2005).
Manfaat Kencur (Kaempferia galanga L.)
Kencur (Kaempferia galanga L.) banyak
digunakan sebagai bahan baku obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri
kosmetika, penyedap makanan dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus,
rokok pada industri rokok kretek. Secara empiric kencur digunakan sebagai
penambah nafsu makan, infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum,
ekspektoran, masuk angin, sakit perut (Pujiharti, 2012). Kencur juga juga memiliki
bermacam-macam kegunaan lain, diantaranya sebagai antibakteri, antifungi,
analgesik, anti-inflamasi, antioksidan, antivirus, antihipertensi,
antikarsinogenik, antinosiseptif, antituberkulosis dan larvasida. Minyak atsiri
rimpang kencur juga digunakan sebagai bahan parfum, obat-obatan, dan untuk
aromaterapi inhalan dan pijat untuk mengurangi kecemasan, stres, dan depresi
(Kumar, 2014).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil beberapa
kesimpulan:
1.
Beberapa macam tumbuhan zingiberaceae yang dapat digunakan
sebagai obatobatan diantaranya jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma
dosmetica), lengkuas (Alpinia galanga), kencur (Kaempferia galanga L), temulawak (Curcuma xanthorrhiza),
2.
Zingiberaceae dapat digunakan mengobati radang telinga
tengah, mengobati dermatitis, mengobati hepatitis, mengobati impotensi.
Mengobati katarak, mengobati batu ginjal, mengobati radang ginjal, mengobati
radang vagina, mengobati kelenjar prostat. Mengobati kemandulan, mengobati ejakulasi
dini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar